Jumat, 05 September 2014

Seandainya *cerpen* (owner ayu)

Author : Ayu Lestari Marbun Lb
Title : Seandainya
Cast : Lianka Caroline as Lianka
           Dicky M Prasetya as Dicky
           Moses Stevanus as Moses
Genre : Sad ending


C
H
E
K

T
H
I
S

O
U
T


Di sisi jendela kamar seorang gadis yang sedang menangis, tatapan matanya yang kosong menyiratkan sedang terluka hatinya. Hujan yang begitu deras membuat suasana hatinya semakin sedih.
Seorang wanita separuh baya masuk perlahan ke kamar gadis itu, dipeluknya anak satu-satunya .

“maafkan mama LIANKA.” Ucap wanita separuh baya itu yang ternyata mama lianka.

“sudahlah ma, sekalipun mama terus meminta maaf. Mama tidak bisa merubah keputusan untuk menjodohkanku dengan moses.” Ujar lianka parau.

“andai hutang papamu tidak sebanyak itu, mungkin mama tidak akan membiarkan kau seperti ini.” Kata mama lianka.

“sudahlah, semua sudah terjadi. Papa sudah tenang bersama Tuhan.” Kata lianka lalu beranjak pergi.

“mau kemana lianka? Hujan sangat deras di luar.” Tanya mama.

“tidak usah khawatirkan aku. Aku akan pulang, aku ingin menenangkan pikirkanku.” Jawab lianka dan kemudian pergi.

****

Tanpa membawa payung, lianka langsung menerobos keluar. Tidak diperhatikannya betapa rapuhnya saat ini dia.
Langkahnya terhenti di tepi danau yang sejuk, ia menangis dan berteriak.

“AAAAAAA. Kenapa ini semua terjadi Tuhan? Mengapa penderitaan ini tidak berakhir? Baru saja aku meninggalkan suasana rumah yang kutempati bersama mama dan papa, tapi rumah itu dijual. Dan aku mengiyakan mama untuk pindah ketempat ini. Aku meninggalkan semua kebahagiaanku disana. Namun mengapa mama harus menjodohkan aku lagi dengan orang yang tidak aku cintai. Hentikan ini semua Tuhan, aku mohon.” Ujar lianka sendiri, betapa rapuhnya ia saat ini.

“menangis tidak akan menyelesaikan semuanya.” Ucap seseorang.

Lianka kaget dengan kehadiran laki-laki itu, ia merasa dari tadi hanya ia yang ada di tempat ini.

“siapa kau?” tanya lianka.

“aku Dicky M Prasetya. Panggil saja DICKY. Kalau kau?” jawab dan tanya dicky.

“aku lianka.” Jawab lianka.

“apa kau tidak kedinginan? Sedang apa kau disini?” tanya dicky.

“tidak. Aku hanya ingin menenangkan diriku.” Jawab lianka.

“oh. Aku juga suka menenangkan diriku disini. Bahkan sakin seringnya aku seperti penunggu di danau ini.” Kata dicky tersenyum manis.

“apa tidak ada tempat lain yang kau kunjungi?” tanya lianka.

“tidak. Aku lebih suka disini.” Jawab dicky.

Lianka hanya mengangguk  saja.

“kau sedang ada masalah? Tadi aku sempat mendengar perkataanmu.” Kata dicky.

“ya. Tidak sopan! Mendengar perkataan orang sembarangan.” Jawab lianka.

“ih bukan seperti itu. Yasudahlah jangan dibahas.” Kata dicky.

Lianka tidak menjawab, tatapannya terus menerawang ke depan.

“kalau kau butuh teman berbagi, datanglah kesini. Kau pasti selalu akan menemui aku.” Ujar dicky.

“kau yakin?” tanya lianka.

“tentu saja.” Jawab dicky.

“yasudah, aku pulang dulu. Aku sudah mulai kedinginan. Sampai jumpa lain waktu.” Ujar lianka kemudian pergi.

“senang kenal denganmu.” Ucap dicky. Lianka hanya tersenyum simpul.

****

Ini awal lianka di sekolah barunya. Ia lewati koridor yang ramai dengan anak-anak lainnya.

“lianka.” Panggil seseorang.

“ada apa MOSES?” tanya lianka.

“pulang sekolah kita jalan ya.” Jawab seseorang itu yang bernama moses.

“tidak, aku ada janji dengan temanku.” Tolak lianka.

“siapa temanmu? Bukannya kau baru pindah? Mamamu sendiri yang bilang bahwa kau belum ada teman di rumah maupun sekolah.” Kata moses curiga.

“apa itu urusanmu? Bukan kan?” tanya  lianka dingin.

“itu urusanku lah! Kau kan kekasihku.” Jawab moses.

“jangan bermimipi. Aku tidak bisa mencintaimu! Hentikan memaksaku.” Kata lianka geram.

“tolong jangan buat aku selalu seperti sampah lianka! Cobalah mencintai aku.” Ujar moses.

“tidak akan bisa!” ucap lianka kemudian pergi.

****


Setelah pulang sekolah lianka langsung pergi ke danau, untuk menemui dicky.

“itu dia.” Ucap lianka tersenyum kemudian menghampiri dicky.

“sudah datang?” tanya dicky tanpa menoleh ke arah lianka.

“aish! Baru saja aku mau mengejutkanmu.” Jawab lianka kesal.

“haha, aku gitu. Sudahlah duduk sini. Tidak pegal berdiri terus?” kata dicky.

“iya iya.” Ucap lianka kemudian duduk di samping dicky.

“ada masalah lagi?” tanya dicky.

“ya begitulah.” Jawab lianka.

“sabar saja. Jika kau butuh sesorang, kau bisa datang padaku.” Kata dicky.

“terimakasih. Ya memang tidak ada yang mengerti bagaimana keadaanku saat ini. Mamaku pun tidak.” Ujar lianka.

“tidak boleh bicara seperti itu. Mamamu bertumpu pada siapa lagi selain pada kau?” kata dicky.

“sudahlah, jangan membahas ini. Aku malas.” Ucap lianka.

“iya aku tidak akan membahasnya lagi.” Kata dicky.

Berjam-jam lianka menghabiskan waktu dengan dicky, tidak terasa waktu sudah malam.

“aku pulang ya ky.” Ucap lianka.

“iya, hati-hati ya.”  Ucap dicky.

Lianka hanya tersenyum kemudian pergi dari danau.

****


Sesampainya di rumah , lianka sudah menemukan  mamanya yang sudah ada di depan pintu.

“dari mana saja?” tanya mama lianka.

Lianka tak menjawab dan langsung masuk ke dalam.

“mama bertanya!” ucap mama lianka geram.

“dari manapun aku, mama tidak perlu khawatir. Aku hanya pergi menenangkan hidupku atas semua ini.” Kata lianka dan langsung membanting pintu kamarnya.


Lianka membantingkan tubuhnya di atas kasurnya.

“sampai kapan ya Tuhan? Aku tidak mencintai moses.” Gumam lianka sendiri.

****


“lianka sarapan dulu baru pergi ke sekolah.” Kata mama lianka.

“tidak, aku tidak lapar.” Ucap lianka sambil memakai sepatunya.

“nanti kita akan ada makan malam dengan orang tua moses. Pulang jangsung pulang agar bisa mempersiapkan untuk makan malam nanti.” Ujar mama lianka.

“aku tidak mau.” Ucap lianka.

“jangan buat mama marah lianka! Ikuti saja, hanya kau yang bisa membayar hutang papamu.” Ujar mama lianka.

“kenapa harus aku? Kenapa tidak mama saja yang menikah dengan papa moses? Kenapa harus kebahagiaanku yang mama pertaruhkan? Semua mau mama selalu aku iyakan. Tapi untuk kali ini aku tidak mau ma!” ujar lianka keras.

PAAKKKKKK!
Sebuah tamparan melayang ke pipi lianka, sakin emosinya mama lianka melakukan itu. Tangan mama lianka bergetar, tidak menyangka apa yang ia lakukan dengan anak semata wayangnya.

“mama jahat sekali.” Ucap lianka dan langsung pergi.

“maafkan mama lianka.” Ucap mama lianka lirih.


Sepanjang perjalanan sekolah lianka menangis, matanya bengap, pipinya pun masi terasa panas karna tamparan mama lianka begitu keras.

“lianka, ada apa denganmu?” tanya moses tiba-tiba.

Lianka menatap moses penuh dengan kebencian.

“jangan menatap aku seperti itu. Ada apa denganmu?” tanya moses lagi.

“KAU MERUSAK HIDUPKU!” ucap lianka keras kemudian berlari pergi.

“ada apa dengannya? Mengapa begitu menyeramkan?” gumam moses sendiri.

****


Setelah pulang sekolah lianka langsung ke danau lagi. Memang setelah mengenal dicky, lianka sering sekali menemuinya setelah pulang sekolah. Tidak bertemu sehari seperti sangat rindu.

“dicky.” Sapa lianka kemudian duduk disamping dicky.

“iya?” ucap dicky dengan tatapan kelembutan. Itulah yang membuat lianka merasa sangat tenang disamping dicky.

“boleh aku menginap di rumahmu?” tanya lianka.

“pasti ada masalah lagi dengan mamamu.” Jawab dicky.

“iya. Bolehkan?” tanya lianka.

“iya boleh. Ayo ikut bersamaku.” Ucap dicky sambil menggandeng lembut tangan lianka.

Lianka mengikuti langkah dicky, ternyata dicky membawa lianka ke rumah dicky.

“kau tidur di kamarku saja ya. Nanti aku tidur di sofa saja.” Kata dicky.

“iya. Orang tua kau kemana?” tanya lianka.

“sedang keluar kota.” Jawab dicky.

“oh.” Ucap lianka seadanya.

“istirahat lah. Aku ke bawah dulu.” Ucap dicky.

“iya. Makasih ya.” Ucap lianka.

Dicky hanya tersenyum kemudian turun ke bawah.

Lianka langsung merebahkan badannya, tidak terasa lianka tertidur karna sakin lelahnya.

****


Waktu sudah menunjukkan jam 5 pagi. Lianka bangun dan segera merapihkan pakaiannya untuk sekolah.

“dicky dimana?” tanya lianka sendiri, karna tidak menemukan dicky di bawah.

Lianka keluar dan ternyata dicky ada di danau sedang tiduran santai.

“sudah bangun?” tanya dicky yang lagi-lagi tau kehadiran lianka tanpa menoleh.

“sudah, mengapa kau ada disini padahal masi subuh?” jawab dan tanya lianka.

“aku memang selalu begini, udara disini sangat sejuk jika jam segini.” Jawab dicky.

“oh begitu. Makasih ya atas tumpanganmu.” Kata lianka.

“iya sama-sama. Aku senang menolongmu.” Ucap dicky tersenyum manis dengan tatapan yang sangat teduh.

“yasudah aku pergi ya. Pulang sekolah setelah aku pulang ke rumah, aku akan kesini lagi.” Kata lianka.

“iya. Hati-hati ya. Tuhan menyertaimu.” Ucap dicky.

“ok deh. Bye.” Ucap lianka sambil mendadahi dicky.


****

Sesampainya di sekolah, baru sampai di depan gerbang. Moses sudah ada.

“dari mana saja kemarin? Kemarin keluargaku dan mamamu menunggu kau. Kau tidak memikirkan itu apa?” tanya moses kesal.

“oh begitu.” Jawab lianka singkat kemudian pergi.

“ikut aku.” Ucap moses sambil menarik tangan lianka.

“lepaskan! Aku harus masuk ke kelas.” Kata lianka.

Moses tidak membiarkan ucapan lianka. Ia menarik tangan lianka dan hampir jauh dari sekolah mereka.

moses menghentikan langkahnya namun tetap ia genggam tangan lianka erat.

“harusnya kau sadar aku snagat mencintaimu lianka! Kurang sabar apa lagi aku menghadapi sikapmu yang dingin dan acuh seperti ini.” Ujar moses.

“tidak peduli! Lepaskan aku!” ucap lianka sambil bersih keras melepas tangan moses.

“tidak mau.” Ucap moses.

Lianka menggigit tangan moses dan tanpa sengaja moses mendorong lianka ke jalan raya.

Lianka terjatuh, dan sebuah mobil melintas kencang.

BUKKKKKKK!
Lianka tertabrak.

Moses langsug menghampiri lianka.

“lianka!” ucap moses histeris.

****


Di rumah sakit, mama lianka, moses, dan papa mama moses sedang menunggu dokter keluar dari ruang periksa lianka.

Dan setelah dokter keluar, semuanya langsung menghampiri dokter itu.

“bagaimana dok putri saya?” tanya mama lianka panik.

“palanya  terbentur sangat kencang sehingga keadaan sangat parah. Saat ini ia koma.” Jawab dokter itu berat.

“ya Tuhan.” Ucap mama lianka histeris, badannya lemas seketika. Air matanya terus mengalir deras.

“yasudah saya permisi.” Ucap dokter kemudian pergi.

Mama lianka langsung masuk ke ruang kamar lianka.

“maafkan mama sayang.” Ucap mama lianka menangis.

Moses tak mengatakan satu patah apapun, mulutnya membisu. Tidak menyangka semua akan seperti ini.

****


Sudah sebulan lebih lianka koma, ia berjuang melawan maut.

Moses selalu menjaga lianka, begitu juga mama lianka.

“moses, tante tinggal ya. Mau beli makanan untuk kita.” Kata mama lianka.

“saya saja tante.” Ucap moses.

“sudah tante saja.” Ucap mama lianka ramah.

Moses akhirnya mengiyakan. Mama lianka pun pergi mencari makan siang.

“lianka, maaf aku selalu memaksamu. Harusnya aku tidak membiarkan ini tertimpa padamu. Aku janji saat kau saat sadar nanti, aku tidak akan memaksamu lagi mencintaiku.” Ujar moses sambil menatap lianka penuh kesedihan.


Moses keluar, dan duduk di luar. Ia menjaga lianka di luar sampai mama lianka tiba.

“maaf tante lama.” Ucap mama lianka.

“tidak apa-apa tante.” Jawab moses.

“ini ambilah, tante masuk dulu sebentar.” Kata mama moses sambil memberi makanan yang dibelinya.

“makasih tante.”  Terima moses.

“iya sama-sama.” Ucap mama lianka kemudian masuk ke dalam.


Sesampainya di kamar, mama lianka menjatuhkan katung pelastik makan yang dibelinya. Ia menjatuhkannya tanpa sengaja karna terkejut melihat lianka yang sudah sadar.

“lianka, sudah sadar?”  tanya mama lianka.

“mama.” Ucap lianka lemah.

Mama lianka langsung memanggil dokter, setelah itu dokter langsung memeriksa lianka.

“ini keajaiban.” Ucap dokter.

“anak ibu sudah sadar seutuhnya.” Lanjut dokter itu.

“oh Tuhan terimakasih.” Ucap mama lianka kemudian mencium kening lianka lembut.

“saya permisi, jangan terlalu banyak mengajaknya mengobrol.” Kata dokter.

“iya dok, terimakasih.” Ucap mama lianka.

Dokter pun keluar. Betapa bahagianya moses dan mama lianka.

“syukurlah kau sudar lianka, aku sangat bahagia.” Kata moses berminar-binar.

“pergi sana.” ucap lianka lemah.

“tapi…” ucap moses terpotong.

“kau harus mengerti moses.” Ucap mama lianka lembut.

“baik tante aku tunggu di luar.” Ucap moses.

Mama lianka tersenyum simpul. Dan moses pun keluar.

“tidak boleh seperti itu sayang.” Kata mama lianka.

Lianka tidak menjawab, keadaanya masi lemah.

“yasudah mama, hampiri moses ya.” Ucap mama lianka kemudian keluar.


Sambil menutup pintu kamar rawat lianka, mama lianka melihat moses yang sedang termenung sedih.

“moses.” Ucap mama lianka.

“ya ada apa tante?” tanya moses yang berhenti dari lamunannya.

“jangan bersedih seperti ini.” Kata mama moses.

“tidak apa-apa tante. Oh ya tante tadi aku sudah meminta tiket pada papa untuk ke singapur. Aku pindah sekolah ke sana.” Ujar moses yang memaksakan senyumannya.

“kenapa seperti itu? Bagaimana nantinya kau dan lianka?” tanya mama lianka.

“tidak perlu khawatir tante. Aku tidak mau memaksakannya lagi. Soal hutang sudah kubicarakan pada papa, dan papa setuju.” Jawab moses.

“tapi mengapa harus pindah?” tanya mama lianka.

“aku ingin melupakan lianka, ya walaupun sangat sulit. Tapi aku sudah pikiri semua ini.” Jawab moses.

“tante maafkan moses.” Ucap mama lianka.

“tidak perlu tante. Tante tidak salah. Ayo masuk tante, aku ingin pamit padanya,” kata moses.

“baiklah.” Ucap mama lianka.

Moses dan mama lianka, masuk. Lianka menoleh, tapi langsung memalingkan mukanya lagi.

“lianka, aku ingin pamit.” Ucap moses.

Lianka tak menjawab apa yang di ucapkan moses.

“aku akan berangkat besok ke singapur. Aku ingin pindah sekolah ke sana.” Ujar moses.

“mengapa seperti itu? Bagaimana perjodohan yang tidak penting itu?” tanya lianka.

“aku ingin melupakanmu. Ya mungkin sulit sekali, tapi perlahan akan aku coba. Soal perjodohan dibatalkan.” Jawab moses.

“apa? Benarkah?” tanya lianka dengan senyum yang mengembang dari bibirnya.

“tentu saja. Ini sebagai permintaan maafku.” Jawab moses dengan paksaan tersenyumnya. Sebenarnya hatinya teriris sekali.

“kali ini akan ku katakan terimakasih padamu, sebagai terimakasihku peluklah aku. Tapi pelan saja, aku masi terasa lemas.” Ujar lianka.

“baiklah.” Ucap moses dan langsung memeluk lianka.

“ini pertama kali aku memelukmu, rasanya aku bahagia sekali lianka.” Kata moses dalam hati.

Moses melepaskan pelukkannya.

“baiklah aku pulang dulu, jaga dirimu baik-baik. Tante juga jaga kesahatan ya.” Kata moses.

“iya, terimakasih moses.” Ucap mama lianka.

Lianka tersenyum.
Mosespun pulang ke rumahnya untuk menyiapkan keberangkatannya ke singapur.


****


Hari ini lianka dibolehkan pulang, kata dokter ia sudah sembuh total.

Di perjalanan ia sudah ada pikiran untuk datang ke danau, setelah hampir dekat ia menyetopkan mobil.

“pak berenti disini.” Ucap lianka.

“mau kemana lianka?” tanya mama lianka.

“aku ada urusan sebentar ma. Jangan khawatirkan aku.” Jawab lianka kemudian turun dari mobil dan berlari ke danau.


Lianka mencari-cari dicky, namun tidak ada.

“biasanya kapanpun aku kesini, ia selalu ada. Emmm mungkin aku ke rumahnya saja.” Gumam lianka sendiri sambil melangkahkan kakinya ke rumah dicky.

Lianka mengetuk pintu rumah dicky.

“permisi.” Ucap lianka.

Seseorang wanita separuh baya, membuka pintu.

“ya. Cari siapa?” tanya ibu-ibu itu.

“aku ingin mencari dicky.” Jawab polos lianka.

“kau pasti teman lamanya, ayo masuk. Aku mama dicky.” Kata wanita yang ternyata mama dicky.

Lianka mengikuti langkah wanita yang dikatakannya bahwa ia mama dicky.

“aku baru bertemannya baru-baru ini. Sekitar sebulan lebih, tapi aku tak menjumpainya karna aku kecelakaan dan koma selama sebulan lebih.” Kata lianka.

“jangan bercanda. Mana mungkin kau berteman dengan dicky baru sebulan. Mungkin kau salah orang.”  Ujar mama dicky.

“maksud tante salah orang?” tanya lianka tak mengerti.

“dicky sudah meninggal selama satu tahun yang lalu. Mana mungkin kau berteman baru dengannya.” Jawab mama dicky.

Seketika lianka begitu lemas, air matanya hampir terjatuh.

“tidak mungkin.” Ucap lianka tak percaya.

“waktu itu dicky meninggal karna ada anak kecil yang tenggelam di danau. Sedangkan keadaan sangat sepi, bahkan dicky yang tidak bisa berenang menyelamatkan anak kecil itu begitu saja. Saat dicky hendak mau menyelamatkan anak itu. Palanya terbentur batu sangat kencang, anak kecil itu terselamatkan namun naas dicky meninggal.” Jelas mama dicky.

“tapi tante aku sungguh bertemu dengannya, bahkan aku pernah menginap di rumah ini.” Kata lianka yang masi tidak percaya.

“mungkin kau hanya berhalusinasi. Itu tidak mungkin.” Kata mama dicky.

“yasudah, maaf telah menganggu. Saya permisi.” Kata lianka kemudian berlari pergi.


Lianka memandangi semua sudut  danau, ia tidak mengerti mengapa semua ini terjadi. Ia terjatuh lemas, tertunduk tak berdaya.

“mengapa kau melakukan ini padaku? Aku mencintaimu dicky!” kata lianka yang sangat rapuh. Air matanya selalu berlinang.

“maafkan aku lianka.” Ucap seseorang yang sudah tidak asing di dengar lianka.

Lianka terkejut melihat dicky tiba-tiba, ia mundur perlahan.

“jangan seperti itu. Ayo mendekat.” Ucap dicky.

“mengapa kau seperti ini? Kau mempermainkan aku?” tanya lianka.

“maaf lianka.tidak bermaksud membawa kau sejauh ini. Aku hanya ingin menghiburmu awalnya, tapi ternyata aku malah jatuh cinta padamu.” Jawab dicky sendu.

“aku tidak bisa menerima semua ini.” Ucap lianka.

“maaf. Ini terakhir aku menemuimu. Aku hanya ingin katakan aku mencintaimu. Anggap saja kita tidak pernah bertemu.” Ujar dicky.

“kenapa mudah sekali kau katakan itu? Aku sudah terlanjur mencintaimu!” kata lianka.

“sekali lagi maaf lianka. Dunia kau dan aku berbeda. Mungkin suatu saat nanti aku dan kau akan bertemu lagi di kemudian hari namun jika Tuhan mengizinkan. SEANDAINYA semua tidak seperti ini aku ingin lebih lama bersamamu. Sekarang jaga dirimu baik-baik. Selamat tinggal.” Ujar dicky, dan seketika itu juga dicky menghilang tanpa jejak.

“dicky mengapa kau datang dan pergi semaumu saja?” ucap lianka. Air matanya semakin deras membasahi pipinya.

“aku bahagia pernah mengenalmu, mungkin ini semua yang terbaik. Aku mencintaimu dicky.”  Ujar lianka lirih dengan air mata dan hati yang terluka.

Mungkin semua sudah takdir. Air mata atau bahkan apapun tidak akan mengembalikan semua keadaan. Semua hanya menjadi kenangan.


Seandainya

Kelak kau kan menjalani hidupmu sendiri
Melupai kenangan yang tlah kita lalui
Yang tersisa hanya aku sendiri disini
Kau akan terbang jauh menembus awan
Memulai kisah baru tanpa diriku

Seandainya kau tau
Ku tak ingin kau pergi
Meninggalkan ku sendiri bersama bayanganmu
Seandainya kau tau
Aku kan selalu cinta
Jangan kau lupakan kenangan kita selama ini

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar