Jumat, 05 September 2014

Aku Menyesal *cerpen* (owner ayu)

Author : Ayu Lestari Marbun Lb
Title : AKU MENYESAL
Cast : - LIANKA CAROLINE as LIANKA
           - DICKY M PRASETYA as DICKY
           - REZA ANUGRAH as REZA
          - TRIAN STEVANUS
Ending : sad ending.


DON’T BE SILENT READERS!

C
H
E
K
T
H
I
S
O
U
T


Di taman kota dengan suasana yang sangat sejuk. Aku disini menunggu, sosok laki-laki yang sangat kucintai. Sambil menunggunya, ku dengar musik yang membuat suasana semakin nyaman. Ku pandangi, orang disekitar, ada dua sejoli yang berpacaran, keluarga yang berkumpul, maupun anak muda yang lain yang sibuk dengan aktifitas masing-masing. Aku mengajaknya bertemu karna ada suatu hal yang mengganjal dan ingin kutanyakan padanya.

“LIANKA, apa kau sudah lama?” Tanya tiba-tiba seseorang seraya duduk di sampingku.

“DICKY? Ya lumayan lah.” Jawabku.

“maaf aku terlambat.” Ucap dicky.

“tidak apa-apa.” Jawabku.

“inilah yang kusuka padamu. Selalu sabar dan mengerti aku.” Ujar dicky.

“sudahlah tidak usah merayu.” Ucapku.

“sungguh aku jujur.” Ucap dicky.

“iya iya. Aku percaya padamu.” Ucapku.

“oh ya, ada apa kau meminta menemuiku? Kan kita baru bertemu di kampus? Tanya dicky.

“ada yang ingin kutanyakan.” Jawabku yang mulai serius.

“apa itu?” Tanya dicky.

“kau mempunyai pacar selain aku?” tanyaku.

“hah? Ti…tidak. Mana mungkin. Bicara apa sih kau ini?” jawab dicky gelagapan.

“sikapnya aneh.” Ucapku dalam hati.

“mengapa kau sekarang diam? Dari mana kau tau?” Tanya dicky.

“aku tau dari seseorang, dia bilang padaku. Kemarin kau bermesraan di salah satu kafe. Apa itu benar?” ujarku.

“tidak mungkin! Aku yakin orang itu tidak suka dengan hubungan kita.” Jawab dicky.

“dicky, banyak orang yang bilang mengapa aku bisa menerima cowo playboy sepertimu. Mereka bilang, pasti akhirnya aku akan terluka. Tapi aku tetap mencoba mempercayaimu, apa kau yakin? Hanya aku saat ini yang jadi pacarmu?” tanyaku lirih.

“oh iya, bagaimana kita beli es krim? Aku ingin sekali.” Kata dicky, yang mengalihkan pembicaraan.

“kau saja. Aku ingin pulang.” Ucapku dan berjalan menjauhinya.

“aku antar ya?” Tanya dicky.

“tidak usah. Aku pulang sendiri saja. Dicky, kau harus tau. Mungkin saat ini aku sosok wanita yang sabar dan mengertimu, namun jika suatu saat aku tau kau menduakanku. Kau tidak akan pernah menemukan sosok aku yang seperti ini.” Ujarku dan berlari pergi.

Dicky hanya terdiam disana, dia tidak lagi mengejarku,
apa benar semua yang dikatakan reza tadi siang? Apa benar dicky menduakanku?


 * * * *


Sejak kejadian kemarin, aku menjadi bingung.
Aku berjalan dengan tatapan kosong hingga sampai kelas, sesampainya aku duduk di bangkuku dan tidak memerdulikan siapa saja yang sudah datang.

“lianka? Kau sakit?” Tanya seseorang.

“REZA, aku tidak apa-apa.” Jawabku.

“kau sudah bertanya dengan dicky?” Tanya reza.

“sudah.” Jawabku.

“lalu apa jawabnya?” Tanya reza.

“dia bilang padaku bahwa dia mana mungkin seperti itu.” Jawabku.

“aku punya ide.” Kata reza.

“ide apa?” tanyaku.

“nanti kita datang ke kafe itu siapa tau, ada mereka lagi” jawab reza.

“ide bagus.” Ucapku tersenyum puas.

Tiba-tiba dicky datang dan menghampiri kami.

“sedang bicara apa kalian berdua?” Tanya dicky.

“apapun itu urusan kami berdua.” Jawabku sinis.

“ada apa dengan kau? Tidak biasanya seperti ini.” Tanya dicky heran.

“tidak apa-apa.” Jawabku.

“aneh.” Ucap dicky seraya duduk dibangkunya.

Dosen kami pun datang, kami belajar seperti biasa sampai akhirnya mata kuliah hari ini berakhir.

“lianka, coba ajak dicky pulang bareng? Apa dia menolak, kalo dia menolak kita ikuti dia.” Ujar reza berbisik.

“baiklah.” Ucapku.

Aku menghampiri bangku dicky yang sedang merapikan bukunya ke tasnya.

“dicky.” Ucapku.

“ya kenapa?” tanya dicky.

“antar aku pulang mau?” tanyaku.

“maaf aku tidak bisa, hari ini teman lamaku bermain ke rumah.” Jawab dicky seraya mengelus rambutku.

“oh gitu, yasudah.” Ucapku.

“aku pulang duluan ya.” Ucap dicky.

“ya.” Ucapku.

Dicky pun pulang, reza datang menghampiriku.

“bagaimana?” tanya reza.

“tidak bisa. Katanya dia ingin bertemu teman lamanya.” Jawabku.

“yasudah ayo ikuti.” Ucap reza kemudian menarik tanganku.

****

Aku dan reza mengikuti dicky kemana, ternyata dicky berbohong. Dia tidak pulang ke rumahnya.

“sudah kutebak, dia pasti ke kafe ini. Tapi sepertinya dia sedang menunggu seseorang.” Ujar reza.

“kita tunggu saja.” Kataku.

Sekitar 10 menit aku dan reza menunggu. Dan datanglah seseorang cewe kearah dicky dan cewe itu mencium pipi kanan dan pipi kiri dicky.

“nah itu lianka, cewe yang kumaksud.” Kata reza.

Aku tak memedulikan apa kata reza, kemarahanku sudah memuncak. Aku langsung berjalan cepat kearah mereka.

“heh lianka. Tunggu aku.” Ucap reza seraya berlari kecil.

Aku berdiri di hadapan mereka berdua, air mataku kini sudah di ujung mataku namun kucoba untuk kutahan.

“lianka?” tanya dicky kaget.

“kenapa? Kaget aku datang?” kataku.

“lianka, ini tidak seperti apa yang kau pikirkan. Aku bisa menjelaskan.” Jawab dicky.

“kau siapa?” tanya cewe itu padaku.

“aku lianka. Kau pacar dia?” jawab dan tanyaku.

“iya, kau siapanya?” tanya cewe itu lagi.

“aku juga pacarnya, tapi itu tidak lagi.” Jawabku.

“lianka, jangan bicara seperti itu aku mohon.” Kata dicky.

“aku memang bodoh tidak mendengarkan apa kata orang tentang dirimu. Kau pikir kau hebat dengan mempunyai banyak pacar? Kau tau bagiku kau hanya seorang cowo PECUNDANG dan paling kurang ajar dari semua cowo yang aku kenal. Bersyukur sekali aku cepat tau seperti apa dirimu. Dan kau tidak akan pernah kuanggap seseorang yang pernah menjadi pacarku.” Ujarku.

“lianka, aku kesini itu berniat untuk memutuskan dia. Setelah perkataan kemarin aku baru sadar. Aku sangat mencintaimu sungguh.” Kata dicky.

“kau itu pembohong kelas kakap dan mana mungkin aku percaya.” Kataku.

“aku tidak berbohong kali ini.” Ucap dicky.

“tidak usah menyesal seperti itu. Harusnya kau senang karna aku sudah memutuskanmu. Sudahlah tidak ada gunanya lagi disini. Ayo reza kita pulang.” Ujarku dan beranjak pergi.

“lianka!” ucap dicky.

“tega banget ya. Kau itu jahat sekali dicky! Sekarang kita putus.” Ucap cewe itu.

“aku tidak peduli! Jawab dicky dan berlalu pergi.


Aku berjalan cepat menjauhi tempat itu, air mataku yang begitu deras berlinang di pipiku.

“LIANKA AKU MOHON TUNGGU  AKU!” ucap dicky seraya berlari.

Aku terus berjalan tidak memperdulikan dicky atau siapapun yang ada di tempat ini.
Tapi dicky berhasil menarik tanganku.

“lepaskan tanganku!” ucapku.

“tidak lianka. Aku mohon percaya padaku.” Kata dicky.

“apa lagi sih yang harus dibicarakan? Semua sudah jelas!” kataku seraya berontak meminta tanganku untuk dilepaskan.

“lianka sungguh, aku menyesal. Maafkan aku.” Kata dicky.

“udahlah lu gak usah sok nyesel gitu kali. Harusnya kalo lu sayang dia, gak mungkin sedetikpun di otak lu berniat ngeduain dia!” ujar reza dan melepaskan tangan dicky yang mencengkram tanganku.

“ayo lianka kita pulang.” Ucap reza.

Aku hanya mengikuti reza.

“lianka aku gak bohong. aku emang nyesel.” Ucap dicky lirih.


****

Aku mencoba untuk melupakan kejadian kemarin. Aku akan membutikan bahwa dia bukanlah yang terpenting bagiku.

Aku berjalan melewati koridor kampus, aku lihat dicky sedang termenung di bangku taman sendirian.
Ingin aku menghampirinya namun itu tidak mungkin, aku berjalan lagi.

Sesampainya  di kelas, aku langsung duduk di bangkuku. Aku tersenyum pada reza yang sudah datang.

“udah gapapa?” tanya reza.

“gapapa kali za, santai aja.” Jawabku

“baguslah.” Ucap reza.

Aku hanya tersenyum.

“lianka, aku udah jadian lho sama temen smk yang aku sering certain si elia.” Kata reza antusias.

“oh ya? Kapan?” tanyaku.

“iya, kemaren pas abis mengantar kau pulang aku ketemu dia. Terus aku sama dia ngobrol gitu deh. Eh terus dia bilang kalo dia putus sama cowonya karna dia sebenarnya suka aku. Pas banget kan.” Ujar reza.

“pas banget za. Selamat yee.” Ucapku.

Saat aku dan reza asik berbincang dicky datang dan menghampiriku.

“lianka.” Ucap dicky tersenyum lemas.

Aku tak menjawab dan pura-pura bermain ponselku.
“mengapa wajahnya pucat sekali? Ada apa dengannya? Sudahlah aku tidak boleh peduli padanya.” Kataku dalam hati.

“eh pak andi gak dateng. Katanya ada keperluan mendadak tadi dia sms gue.” Kata ketua kelas kami.

“bagus deh, za aku keluar ya. Jam ke dua aku balik.” Kataku.

“oh ok deh.” Ucap reza.

Aku berjalan keluar kelas, aku lihat dicky mengikutiku.

“mau apa? Tidak usah mengikutiku seperti itu!” kataku.

“aku mohon maafkan aku.” Ucap dicky.

Aku tak menjawabnya dan aku teruskan berjalan.

“lianka.. percaya padaku.” Ucap dicky yang masi mengikutiku.

Tiba-tiba aku terhenti sejenak karna aku melihat seseorang yang sepertinya kukenal di waktu smk. Ku perjelas lagi, ya ternyata dia kakak kelas yang kusuka dulu yaitu ka trian.
Dia berjalan dengan coolnya, tampannya tidak memudar sama sekali.

“ka trian.” Sapaku hati-hati.

“lianka?” ucap ka trian yang mengaggetkanku.

“kakak kenal aku?” tanyaku.

“iya, kau lianka kan?” jawab dan tanyanya lagi.

“iya ka.” Jawabku. Aku tidak menyangka dia mengenalku.

“dia siapa?” tanya ka train menunjuk kearah dicky yang dari tadi di belakangku.

“entah dia siapa.” Jawabku santai.

“oh begitu, kita ke kantin untuk mengobrol apa kau mau?” tanya ka trian.

“tentu ka.” Jawabku. Dan kami berdua meninggalkan dicky sendiri.

“tega sekali dia berbicara seperti itu.” Ucap dicky dalam hati.


Sesampainya di kantin aku dan ka trian mengobrol –ngobrol.

“kakak mengapa bisa mengenalku?” tanyaku.

“ya aku tau, kau yang dulu menyukaiku kan?” kata ka trian.

Aku hanya tersenyum malu.
“mengapa dia bicara seperti itu? Membuatku malu saja.” Kataku dalam hati.

“kau kuliah disini juga?” tanya ka trian.

“iya. Kakak juga?” jawab dan tanyaku.

“iya, aku mulai kuliah sekarang. Aku tidak langsung kuliah sewaktu habis lulus. Rasanya aku jenuh langsung belajar lagi sehabis lulus sekolah.” Jawab ka trian.

“oh begitu.” Kataku.

“aku boleh meminta nomer hpmu?” tanya ka trian.

“boleh ka.” Jawabku.

“ini kau tulis.” Ucap ka trian seraya memberikan ponselnya padaku.

Aku tulis nomerku.
“nih ka. Belum aku namain.” Kataku dan memberikan ponsel ka trian.

“oh ya ka. Aku ada mata kuliah nih, aku duluan ya.” Kataku.

“lianka. Nanti kau pulang jam berapa?” tanya ka trian.

“emmm, jam setengah 12 lah.” Jawabku.

“pulang bersamaku ya?” tanya ka trian.

“yasudah. Aku duluan ya.” Jawabku.

Ka trian hanya tersenyum manis padaku.

“beruntung sekali aku menemuimu lagi disini.” Kata trian dalam hati.


****

Mata kuliah hari ini berakhir, aku segera merapikan bukuku dan pulang.

Aku mencari dimana dicky, aku baru sadar dia tidak ada di kelas.

“reza. Dicky mana?” tanyaku.

“tadi dia pulang, karna dia pingsan. Tadi mamanya yang mejemput.” Jawab reza.

“apaa? Ko bisa?” tanyaku panik.

“entahlah. Sudah yuk pulang.” Jawab reza.

“iya.” Ucapku.

Aku dan reza berjalan keluar kelas.


Saat aku dan reza sudah di parkiran, tiba-tiba ka trian datang.
“lianka, katanya pulang bersamaku?” tanya ka trian.

“astaga maaf ka aku lupa.” Jawabku.

“siapa dia?” tanya reza berbisik.

“dia kakak kelasku dulu.” Jawabku.

“lianka, ayo pulang.” Kata ka trian.

“oh iya ka” jawabku.

“za, gak bareng ya pulangnya.” Lanjutku.

“oh yaudah gapapa.” Ucap reza.

Aku dan ka trian pun pulang dengan mobil ka trian.

“lianka?” ucap ka trian seraya menyetir mobil.

“iya.” Jawabku.

“cowo tadi siapa?” tanya ka trian.

“oh dia sahabatku.” Jawabku.

“oh begitu. Oh ya kau sudah punya pacar?” tanya ka trian.

“belum.” Jawabku.

“oh.” Ucap ka trian.

Aku dan ka trian menghabiskan waktu kami di perjalan dengan mengobrol sampai tidak terasa aku sudah sampai rumah.

“makasih ya ka.” Ucapku.

“iya sama-sama.” Ucap ka trian.

Ka trian pulang dan aku masuk ke dalam rumahku.


****

Semenjak pertemuan aku dan ka trian kami semakin dekat. Tapi entah mengapa rasa sukaku sudah tidak ada lagi. Rasanya aku belum bisa melupakan dicky.

Sesampainya di kampus aku duduk sebentar di bangku taman kampus. Suasana pagi sangat sejuk, aku mencoba merenggangkan otakku yang saat ini dipenuhi dicky.

“sudah 3 hari ini dia tidak masuk. Kenapa ya dia?” kataku sendiri.

“hei.” Sapa seseorang yang mengagetkanku.

“eh ka trian.” Ucapku tersenyum.

“ngapain disini sendirian?” tanya ka trian.

“hanya ingin duduk disini saja.” Jawabku.

“ohh.” Ucap ka trian.

“kakak ngapain disini?” tanyaku.

“tadi aku mencarimu di kelas, ternyata tidak ada. Dan aku bertanya dengan sahabatmu itu, dia jawab paling kau di taman. Yasudah aku kesini.” Jawabku.

“oh memang ada apa kakak mencariku?” tanyaku.

“ada yang ingin kukatakan lianka.” Jawab ka trian.

“apa?” ucapku.

“sebenarnya aku suka padamu lianka.” Jawab ka trian.

“hah?” aku terkejut.

“aku sudah menyukaimu dari dulu, tapi sulit sekali aku mengatakannya. Karna aku tidak pernah menembak cewe.” Ujar ka trian menunduk malu.

Aku tersenyum geli mendengar perkataannya tadi, ingin tertawa tapi aku kasian padanya.

“kau lucu ka.” Jawab ka trian.

Ka trian memanyun kan bibirnya.
“aku serius.” Ucap ka trian.

“yaya aku tau.” Kataku.

“lalu kau mau?” tanya ka trian.

Sebenarnya aku tidak mempunyai rasa lagi dengan ka trian. Tapi mana mungkin aku terus berlarut dalam kehancuranku bersama dicky.

“iya.” Jawabku.

“sungguh? Aaa aku senang sekali.” Kata ka trian.

Harusnya saat ini aku juga senang, namun entah mengapa hatiku biasa saja saat ini.

“aku duluan ke kelas ya ka.” Ucapku.

“iya. Pulang bersamaku ya nanti.” Kata ka trian.

Aku hanya tersenyum dan pergi.

****

Sesudahnya hari ini kuliah, aku pulang bersama ka trian.


Sesampainya di depan rumah, aku segera masuk ke dalam setelah mendadahi ka trian.
Namun saat aku hendak membalikkan badanku, dicky sudah ada di hadapanku secara tiba-tiba. Aku sontak terkaget.

“dicky?” tanyaku kaget.

“semudah itu kah kau melupakanku?” kata dicky lirih.

“sedang apa kau disini? Kau tampak sedang sakit? Kau pucat sekali.” Kataku yang panik melihat dicky seperti itu.

“peduli apa kau? Bukannya aku bukan siapa-siapa lagi bagimu? kenapa sih kau tidak pernah mengerti aku?” tanya dicky lirih.

“maaf aku tidak bisa lama-lama. Pulang saja! Aku lelah.” Jawabku dan beranjak masuk ke dalam.

“maaf  kalau aku tidak berguna. Aku harusnya sadar, kalau kau mudah saja mendapatkan penggantiku. Lagi pula ini semua salahku.” Kata dicky.

“aku pulang dulu ya.” Lanjut dicky.

Aku sebenarnya sangat terluka mendengar dan melihat dicky seperti itu.

“tunggu.” Ucapku.

Dicky menghentikan langkahnya dan menatap aku lagi.

“aku memaafkanmu. Tapi maaf aku tidak bisa bersamamu lagi, aku sudah mempunyai pacar.” Kataku.

“oh ya? Yasudah semoga kau bahagia.” Ucap dicky.

“iya. Sekarang pulanglah.” Ucapku kemudian berjalan masuk ke rumah.

“tidak apa-apa tidak bersamamu lagi. Yang penting kau memaafkanku.” Ucap dicky sendiri dan berjalan lemas pulang.


Di jendela kamar atas, ku lihat dicky yang berjalan lemas.
Aku hanya bisa menangis dan menangis.
“apa yang harusku lakukan Tuhan?” kataku sendiri yang tertunduk lemas.

Ku lihat lagi dicky yang sudah tidak terlihat lagi.

“aku harus mengejarnya.” Ucapku dan berlari untuk mengejar dicky.

Aku terus berlari, berharap bisa bertemu dan menghentikan dicky.

Aku terhenti sejenak, saat orang-orang berkumpul menontoni sesuatu yang entah apa.

“pak itu kenapa ya?” tanyaku kepada bapak-bapak disitu.

“ada yang kecelakaan dek.” Jawab bapak-bapak itu.

Langsung aku menghampiri kerumunan itu.

“misi misi.” Ucapku.

Dan tubuhku terjatuh lemas, aku terkejut dan terluka saat ku tau orang yang tertabrak itu dicky. Darah yang berlumuran di kepalanya membuatku semakin mengiris.

“dicky, bangun ky!” ucapku histeris.

“misi dek, pemuda ini harus di bawa ke rumah sakit.” Ucap pak polisi yang sudah ada di tempat.

****

Sesampainya di rumah sakit dicky langsung di bawa oleh dokter.

“maaf mbak gak boleh masuk.” Ucap seorang suster.

“tapi sus..” ucapku.

“udahlah li. Tunggu aja.” Ucap reza dan ka trian yang baru datang.

Aku hanya menuruti dan menunggu,

Setelah beberapa saat, dokter keluar.

“dok bagaimana?” tanyaku terisak.

“maaf, Tuhan berkehendak lain.” Jawab dokter.

“maksud dokter dicky udah gak ada?” tanyaku.

“iya.” Jawab dokter.

“gak mungkin…” ucapku kemudian langsung menyerobot masuk ke dalam.


“dicky, ada apa sih kau ini?! Aku mohon bangun! Jangan tinggalkan aku. Aku sangat mencintaimu. Aku janji saat kau bangun aku akan kembali padamu. Bangun aku mohon bangun!” ujarku terisak.

“udah lianka. Iklasin aja.” Ucap ka trian menenangkanku.

“tapi ka. Aku gak bisa ngiklasin dia! Ini salah aku ka! Salah aku!” kataku.

“udah udah, ini bukan salah kau. Ini sudah yang terbaik yang Tuhan beri.” Kata ka trian.

****

Keesokannya dicky sudah di makamkan.

“kita pulang ya.” Ajak ka trian.

“enggak. Kakak sama reza duluan aja.” Tolakku.

“tapi lianka..” ucap ka trian.

“udah aku bilang kakak duluan aja.” Ucapku.

“yaudahlah, kita duluan aja.” Ucap reza.

“yaudah. Kau hati-hati ya, jangan pulang terlalu lama. Hujan sepertinya akan deras.” Ujar ka trian.

Aku hanya mengangguk.

Reza dan ka trian sudah pergi dan tinggal aku sendiri di depan makam sosok yang sangat ku cintai.

“lihat, hujan datang seakan bumipun menangisi kepergianmu. Banyak sekali yang sangat mencintaimu, termasuk aku. Tapi mengapa kau pergi begitu cepat. Seandainya aku tidak membiarkanmu pergi dan bersamamu lagi. Aku yang salah. AKU MENYESAL dicky.” Ujarku terisak.

Hatiku hancur, semua hanya menjadi penyesalan bagiku. Aku terguyur hujan yang begitu deras, aku tidak memedulikan bagaimana saat ini aku. Aku hanya bisa menangis dan AKU MENYESAL dengan semua ini.

DEMI CINTA

Maaf ku telah menyakitmu
Ku telah kecewakanmu
Bahkan kusia-siakan hidupku dan kubawa kau seperti diriku
Walau hati ini trus menangis
Menahan kesakitan ini
Tapi ku lakukan semua DEMI CINTA

Akhirnya juga harus ku relakan
Kehilangan cinta sejatiku
Segalanya tlah ku berikan
Juga semua kekuranganku
Jika memang ini yang terbaik
Untukku dan dirinya
 Kan kuterima semua DEMI CINTA

Jujur aku tak kuasa
Saat terakhir kugenggam tanganmu
Namun yang pasti terjadi kita mungkin tak bersama lagi
Bila nanti esok hari
Kutemukan dirimu bahagia
Izinkan aku titipkan
Kisah cinta kita selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar