AUTHOR : AYU LESTARI MARBUN LB (OWNER)
TITLE : LOVE YOU FOREVER
CAST : - AYU LESTARI MARBUN LB as AYU
- DICKY M PRASETYA as DICKY
- BISMA KARISMA as BISMA
- RITA SEPTIANI as RITA
ENDING : SAD ENDING
Hope you like.
C
H
E
K
T
H
I
S
O
U
T
Hari
ini adalah pertama aku masuk sekolah di THE CAROL SCHOOL, sekarang aku
sudah kelas 10 AK2. Setelah aku sudah mengikuti MOP (MASA ORIENTASI
PELAJAR) dan hari ini tahun pelajaran dimulai.
Aku melewati
koridor sekolah, banyak siswa yang berhamburan di depan kelas. Aku belum
mempunyai teman disini, dan aku berharap di kelas nanti aku menemukan
teman yang baik dan berharap suasana kelas mengasyikan.
Langkahku terhenti di depan kelas yang tertulis di pintunya X AK2.
“akhirnya ketemu juga kelasnya.” Ujarku sendiri, dan aku mulai memasuki ke kelas yang menjadi kelasku.
Terlihat
dibarisan ke dua dari pintu dan barisan bangku ketiga kosong. Aku
menghampiri bangku itu dan aku duduk disitu, banyak anak-anak yang sudah
mendapat teman sebangku, dan sepertinya hanya aku yang belum mempunyai
teman sebangku. Rasanya aku malas sekali sekolah disini, andai aku
sekolah di bandung mungkin sahabat smpku akan menjadi satu smk denganku,
tapi papa memilih untuk tinggal di jakarta katanya suasana di bandung
hanya membuat papa berlarut atas kepergian oma, bundanya papa. Akhirnya
aku mama dan papa pindah ke jakarta.
Oh iya aku lupa mengenalkan namaku, aku Ayu Lestari Marbun Lb. Aku biasa dipanggil ayu.
Bunyi
bel masuk yang bernada khas di sekolah ini, dan akupun belum menemukan
teman sebangku. Tiba-tiba ada yang menepuk punggungku dari belakang. Aku
menoleh ke arah orang itu.
“ada salam tuh dari dia, namanya BISMA.” Ucap laki-laki itu seraya menepuk pundak cowo yang dia sebut BISMA.
“apaan si lu.” Ucap bisma sambil bermain ponselnya.
Aku membalikkan badanku lagi, sangat tidak penting. Tapi cowo yang bernama bisma itu tampan juga, tapi mungkin terlalu cuek.
Seorang wanita separuh baya masuk ke kelas.
“pagi anak-anak.” Ucap bu guru itu.
“pagi buu,” ucap kami serempak.
“selamat
datang di sekolah ini, perkenalkan nama ibu ROSITA TIARA. Ibu adalah
guru b. Inggris yang juga wali kelas kalian.” Ujarnya ramah.
Tiba-tiba seorang cewe masuk ke kelas, dengan terengah-engah.
“misi bu, maaf saya terlambat.” Ucap cewe itu.
“kenapa kamu terlambat?” tanya bu rosita.
“kesiangan bu. Maaf bu, lain kali saya tidak akan seperti ini lagi.” Jawabnya.
“yasudah, sana kamu duduk.” Ucap bu rosita.
“baik bu.” Ucapnya.
Dia langsung melangkah ke arah bangkuku.
“hei gue duduk disini ya?” Ucapnya padaku.
“ok silahkan.” Jawabku.
“thank, kenalin nama gue RITA, nama lu?” tanyanya seraya menyodorkan tangannya.
“nama gue AYU.” Ucapku dan membalas ajakan salamannya.
“nice to meet you.” Ucap rita.
“me too.” Ucapku.
Satu
persatu guru-guru masuk mengenalkan dirinya dan memberitahu mata
pelajaran yang ia ajarkan. Sampai tidak terasa bel istirahat berbunyi.
“ke kantin yuk.” Ajak rita.
“yuk.” Ucapku.
Saat kami berdua berjalan berapa langkah. Ada yang menghalangi jalan kami.
“hei kenalan dongs?” ucap cowo itu yang ternyata duduk di belakangku tadi.
“ah elah lu dik, ganjen amat.” Ucap temannya yang tadi bernama bisma.
“ah lu bis. Gak asik.” Ucap cowo itu..
“misi ya. Kita mau lewat.” Ucap rita.
“eh tunggu, masa gak boleh sih kita kenalan? Gue pengen jadi temen kalian berdua.” Ujar cowo itu.
“ok. Nama gue rita.” Ucap rita.
“nama gue dicky. Oh iya nama lu siapa?” tanya cowo itu yang bernama dicky padaku.
“gue ayu.” Ucapku.
“bis kenalin nama lu.” Ucap dicky.
“gue bisma.” Ucap bisma.
“yaudah kita kantin bareng yuk.”ucap dicky.
Setelah perkenalan singkat itu, kami berempat menjadi berteman. Seiring berjalannya waktu kami menjadi tau satu sama lain.
* * * *
Sewaktu libur hari sabtu dicky datang ke rumahku, ya dia memang sering datang ke rumahku. Katanya dia bosan di rumah.
“yu gue pengen curhat nih, tapi lu jangan kasi tau siapa-siapa ya.” Ujar dicky.
“pasti dong.” Ucapku.
“gue kan suka sama rita, tapi dia kayanya gak respect sama gue.” Ujar dicky.
“udah tau gue kalo lu suka rita.” Ucapku.
“hah tau dari mana?” tanya dicky.
“keliatan ko dari sikap lu ke dia.” Jawabku.
“hebat lu bisa tau.” Ucap dicky.
“iya dong.” Ucapku.
“gimana ya biar gue bisa dapetin dia?” tanya dicky.
“usaha aja, tar gue bantu comblangin ko. Tapi gue gak janji rita punya perasaan yang sama kaya lu.” Ujarku.
“ok deh. Lu juga suka ya sama bisma?” tanya dicky.
“ko tau?” aku balik bertanya.
“yaiyalah, gue perhatiin lu sering ngeliatain dia diem-diem. Dengan tatapan orang suka.” Jawab dicky.
“hehe.
Tapi mana mungkin dia suka gue, sikapnya aja gitu lagi ke gue. Biarin
aja deh, biar gue sendiri aja yang ngerasain perasaann ini.” Ujarku.
“gak juga kali. Si bisma mah dari smp emang kaya gitu. Gue juga bakal comblangin lu sama dia.” Ujar dicky.
“jadi saling comblangan nih kita?” tanyaku.
“yap bisa juga tuh.” Jawab dicky.
“ok deh.” Ucapku tersenyum.
* * * *
Setelah
waktu hari itu aku dan dicky sepakat untuk menyombllangi satu sama
lain, kami menjadi sering sekali mengobrol dan bercerita melalui
telepon, sms maupun face to face.
aku menjalankan tugasku,
begitupun dicky. Usahaku untuk membuat dicky dan rita jadian berhasil,
tetapi tidak dicky dengan tugasnya,
“thank ya berkat lu
gue jadian sama rita, tapi lu tenang aja gue bakal buat lu sama bisma
jadian. Tenang aja sama gue.” Ujar dicky.
“gapapa kali dik. Kalo dia gak suka jangan dipaksa.” Ucapku sok tegar.
“udah lu tenang aja.” Ucap dicky.
Setelah percakapan ku dengan dicky, dicky menarik tanganku. Mengajakku ke kelas.
Di depan pintu kelas.
“samperin
bisma, yu. Dari pada lu kesiksa perasaan gini. Mending lu nyatain aja.
Mumpung sepi kelas, anak-anak pada istirahat ini.” Ujar dicky.
“gila lu? Gue cewe dik, gak mungkin gue yang mulai. Ide lu mah gak bener.” Ujarku kesal.
“eh
emang ada undang-undang cewe gak boleh nyatain cinta? Gak ada kali. Lu
pd dong, lu ungkapin aja, tapi jangan bilang lu mau jadi pacar gue gak?
Itu malah kesannya lu terlalu ngarep. Inget Cuma ngungkapin.” Ujar
dicky, kemudian mendorongku.
“ok ungkapin.” Ucapku.
Langkah demi langkah untuk sampai ke bangku bisma, terlihat dia sedang membaca komik.
“hai lagi ngapain?” tanyaku basa-basi. Sungguh jantungku mulai berdetak cepat.
“eh lu. Lagi baca komik nih. Ada apa?” jawab dan tanya bisma.
“gue mau ngomong sama lu.” Ucapku.
“ngmong aja.” Ucap bisma yang masi membaca komiknya.
Sungguh aku kesal melihat bisma seperti itu, jelas-jelas aku ingin bicara padanya tapi dia tidak menghentikan membaca.
“mau ngomong apa?” tanya bisma seraya membuka halaman komik selanjutnya.
Aku tarik napas, benar kata dicky aku harus mengungkapkannya.
“gue sebenarnya suka sama lu.” Ucapku pelan.
Bisma langsung menghentikan membaca dan dia menatap ke arahku.
‘dia beneran serius?’ batin bisma.
“udah itu aja yang mau gue ungkapin, sori ganggu waktu lu.” Ucapku, kemudian aku berdiri.
“kenapa langsung pergi? Gak mau tau apa yang gue rasain juga?” tanya bisma.
“gue udah tau ko jawabannya.” Jawabku.
“apa?” tanya bisma.
“lu gak suka sama gue.” Jawabku.
“kata siapa? Gue juga suka ko sama lu.” Ucap bisma tersenyum.
“serius?” tanyaku senang.
“iya. Kamu mau kan jadi pacar aku?” jawab dan tanya bisma.
Aku tersenyum “iya.”
Yeah aku dan bisma sudah menjadi pasangan kekasih, dicky dan rita pun seperti itu.
* * * *
Sudah
setengah tahun kami menjalani hubungan kami. Aku melewati bersama
dengan bisma, tapi entah mengapa rasa cintaku padanya tidak sebesar dulu
bahkan rasa itu tidak ada lagi. aku merasa dengan dicky aku lebih
nyaman. Tapi tidak mungkin aku mengakui yang sebenarnya.
Di bangku taman sekolah, aku menyendiri. Memikirkan hubunganku dengan bisma, dan perasaanku pada dicky.
“sedang apa kamu disini?” tanya dicky tiba-tiba.
“menurutmu?” tanyaku.
“aku kan nanya sama kamu. Ko nanya balik sih.” Jawab dicky.
“aku disini hanya ingin duduk saja.” ujarku.
“aku putus dengan rita.” Ucap dicky tiba-tiba yang mengaggetkanku.
“mengapa? Apa yang terjadi?” tanyaku.
“kami
berdua sudah tak ada kecocokan lagi. Dia bilang, aku kurang
memerdulikannya, begitupun dia padaku. dari pada diteruskan lebih baik
diakhiri.” Jawab dicky.
“mengapa mengiyakannya?” tanyaku.
“aku mencintai orang lain, dan sepertinya dia juga.” Jawab dicky.
“itu urusanmu saja.” ucapku.
“apa kamu tidak merasa jenuh bersama bisma?” tanya dicky.
“aku belum bisa menjawabnya.” Jawabku.
“mengapa?” tanya dicky.
“entahlah, aku masuk ke kelas duluan ya.” Ucapku kemudian pergi.
Aku
memikirkan bagaimana aku bisa mengakhiri ini semua, apa bisma akan
merima semuanya? Aku sangat lelah mempertahankan ini semua, aku ingin
mengakhirinya.
Setelah pulang sekolah, aku mengajak bisma duduk di taman sekolah.
“untuk apa kamu ngajak aku kesini?” tanya bisma.
“ada yang ingin aku sampaikan” jawabku.
“apa itu?” tanya bisma.
“aku ingin kita menjalani hidup kita masing-masing.” Jawabku.
“maksudmu?” tanya bisma.
“ya aku ingin kita putus.” Jawabku.
“mengapa? Apa yang salah dariku?” tanya bisma.
“tidak ada, aku rasa aku tidak mencintaimu lagi.” Jawabku.
“mengapa mudah sekali kamu ucapkan itu padaku?” tanya bisma.
“aku tidak bisa menjalani ini semua, dengan kepura-puraan. Karna aku memang sudah tidak mencintaimu lagi.” Jawabku.
“kamu tega banget. Kamu jahat!” ucap bisma kemudian pergi.
Aku
menangis, melihat bisma terluka. Aku tidak sanggup, dan mengapa ini
semua terjadi. Aku berdiri terpaku. Apa yang harus kulakuan, dan mengapa
aku harus mencintai dicky!
Tiba-tiba ada seseorang yang memelukku dari belakang.
“jangan menangis, aku tak sanggup melihatmu menangis.” Ujar dicky.
“apa maksudmu? Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku, kalo ada yang melihat mereka akan berpikir yang tidak-tidak.” Ujarku.
Dicky melepaskan pelukannya.
“aku mengikutimu sedari tadi.” Ucap dicky.
“untuk apa?” tanyaku.
“aku ingin tau apa yang kamu lakukan dengan bisma di taman ini.” Jawab dicky.
“kamu mendengar semuanya?” tanyaku.
“iya. Aku tidak ingin kamu menangis lagi, aku tidak ingin wanita yang kucinta menangis.” Jawab dicky.
“apa maksudmu?” tanyaku lagi.
“apa kata-kataku tidak jelas? Aku mencintaimu.” Ujar dicky.
Aku memeluk dicky, saat ini aku bahagia ternyata dicky mempunyai rasa yang sama denganku.
“apa kamu juga merasakan yang sama denganku?” tanya dicky.
“iya.” Jawabku yang masi dipelukannya.
“aku bahagia sekali.” Ucap dicky.
“yaudah kita pulang yuk.” Ajakku.
“ok deh.” Ucap dicky.
“sebentar dulu.” ucapku.
“ada apa lagi?” tanya dicky.
“janji padaku supaya hubungan ini jangan sampai ada yang tau termaksud bisma dan rita.” Jawabku.
“mengapa?” tanya dicky.
“sudah ikuti saja, nanti mereka akan tau sendiri.” Jawab dicky.
“baiklah.” Ucap dicky.
* * *
Semenjak
aku putus dengan bisma, dia sudah tidak pernah lagi menegorku. Bahkan
dia pernah keluar dari kelompokku karna dia tidak ingin satu kelompok
denganku. Aku bisa memahami perasaanya, jadi aku akan mulai terbiasa.
Dicky juga yang membantuku agar tidak terlalu memikiri bisma.
Aku
menjalani hubunganku dengan dicky begitu indah, ya walaupun tak ada
satu pun yang tau. Sudah setengah tahun lebih hampir tujuh bulan kami
menjalani hubungan kami. Sampai saat ini juga kami membungkam atas
hubungan kami.
Sekarang aku, dicky, bisma dan rita sudah
naik ke kelas 11. namun saat ini rita tidak lagi sekelas denganku, tapi
aku tetap sekelas dengan dicky dan bisma. Bahkan sampai saat ini bisma
masi begitu dingin kepadaku.
Suatu ketika saat aku dan dicky sedang istirahat rita menghampiri kami. Dengan tatapan marah sangat terlihat dari matanya.
“PENGHIANAT!” ucapnya tiba-tiba.
“maksudnya ta? Kenapa lu?” tanyaku belaga tidak tau.
“gak usah pura-pura gak tau. Lu berdua pacaran kan?” jawab dan tanyanya.
“emmmm ak gitu.” Jawabku.
“udahlah ini emang udah saatnya kita jujur. Ya gue sama ayu udah jadian, hampir tujuh bulan.” Ujar dicky.
“oh bener-bener penghianat.” Ucap rita.
“ta gak gitu.” Ucapku.
“bukannya lu yang mutusin gue? Gue berhak jadian sama siapa aja.” Ujar dicky.
“eh
dik, ok gue permasalahin hubungan lu dan gue berakhir. Gue Cuma gak
suka kalian gak jujur sama gua, dan gue mutusin lu emang gue tau lu udah
gak care sama gue. Dan lu yu, Cuma karna dicky lu mutusin bisma?
Bener-bener jahat ya lu.” Ujar rita.
“ta, gue bisa jelasin.” Ucapku.
“gak usah, gue gak butuh penjelasan lu. Cukup tau aja gue. Sori ganggu! Permisi!” ujar rita kemudian pergi.
“rit, ritaa.” Ucapku mencoba menghalanginya, namun dicky lebih dulu menghalangiku.
“udah biarin aja. Percuma kamu kejar dia, dia lagi emosi gak mungkin mau dengerin kamu.” Ujar dicky.
“tapi dik..” ucapku.
“udahlah, ke kelas yuk.” Lanjut dicky.
Aku
pun mengiyakan, hatiku sangat sakit melihat rita sahabatku marah
seperti itu, apa yang harus kulakukan. Palaku seperti mau pecah.
Aku
memaksakanku untuk ke kelas, diotakku penuh pertanyaan. Apa rita akan
memberitau bisma? Bagaimana jika bisma tau? Sungguh aku tidak bisa
membayangkan semua ini.
Sesampainya aku dan dicky di depan pintu kelas, tiba-tiba bisma memukul dicky sampai dicky terjatuh.
“udah cukupp! Apa-apaan sih lu bis?” ucapku kemudian menolong dicky untuk bangun.
“masi
nanya? Lu naro otak lu dimana? Murahan tau gak sih lu!” ujar bisma
begitu keras, sehingga membuat anak-anak yang lain berkerumuni kami.
“eh
lu, lu gak usah gitu dong. Kalo lu mau mukul gue. Pukul aja sampe lu
puas. Tapi jangan lu bilang dia kaya tadi. Harusnya lu ngaca! Lu tuh
kaya gimana, sampe dia jatuh sama gue.” Ujar dicky.
“udah dik, ke kelas aja yuk. Biarin aja dia kaya gitu.” Ujarku kemudian menarik tangan dicky ke kelas.
“ngapain lu pada liatin?! Bubar lu semua!” ucap bisma.
“huuuuuuuuuuu.” Anak-anak lain menyoraki.
‘apa yang salah dari gue sampe kamu lebih milih dicky?’ ucap bisma dalam hati.
* * *
Selalu
aku berpikir bagaimana menyelesaikan ini semua, hampir tiga bulan rita
tidak menegorku. Jangankan menegorku, senyum yang sangat ramah dari
bibir manisnya bahkan tidak pernah lagi kulihat. Selalu aku mencoba
mendekati dan menjelaskannya. Sekalipun dia tidak pernah menggubrisku.
Dicky,
aku melihat dia begitu menurunkan gengsinya untuk mendekati bisma
mencoba menjelaskan, bahkan dicky menjadi kehilangan teman-teman lainnya
yang ikut menjauhinya. Sering kali aku berpikir, apa ini harus
berlanjut? Atau aku akhiri saja hubungan ini? Namun jika aku selesaikan,
bagaimana dengan perjuangan dicky? Aku pun masi mencintainya.
Suatu hari aku melihat rita sedang, di perpustakaan. Aku menghampirinya, walaupun aku tau hasil akhirnya nanti.
“hai ta.” Sapaku.
Rita tak menjawab dan tetap membaca buku yang sedang ia baca.
“lu
masi marah sama gue? Tolong jangan giniin gue, gue capek. Sekarang mau
lu apa? Gue mutusin dicky, biar kita bisa sahabatan lagi? Ok gue bakal
lakuin, kalo emang itu bisa ngerubah semuanya walaupun emang sakit.”
Ujarku, yang tak terasa air mata ini jatuh. Baru pertama kali ini aku
menangis dilihat rita. Karna memang aku sudah tidak kuat lagi.
Aku menunduk mencoba untuk membuat rita tidak melihat air mataku.
Tiba-tiba rita memelukku.
“gue mau ko maafin lu, maafin gue juga ya. Lu gak usah lakuin apapun.” Ujar rita.
“bener rit?” tanyaku antusias.
“tentu saja.” jawab rita.
“makasih banget rit. Gue sayang banget sama lu sebagai sahabat.” Ujarku.
“gue juga.” Ucap rita.
“yaudah gue ke kelas ya? Mau bareng?” tanyaku.
“gak usah, gue masi mau disini.” Jawab rita.
“yaudah.” Ucapku kemudian pergi.
Aku langsung menghampiri dicky memberitahu semuanya.
“sayang, aku punya kabar bagus lho.” Ucapku.
“apa tuh?” tanya dicky.
“rita udah maafin aku.” Jawabku.
“yang bener?” tanya dicky.
“iya bener.” Jawabku.
“maaf ya, aku belum bisa buat bisma maafin kita.” Ujar dicky.
“gapapa ko yangg.” Ucapku.
* * *
Setidaknya
aku lebih baik karna rita sudah memaafkanku. Hari ini adalah
anniversaryku dengan dicky yang ke 7 month. Aku mempunyai hadiah
untuknya.
“sayang happy anniversary yaa.” Ucapku.
“iya sayangku.” Ucap dicky.
“nih buat kamu.” Ucapku seraya memberikan hadiah yang dibungkus kertas kado.
“apa ini?” tanya dicky.
“buka saja.” jawabku.
Dicky membuka hadiah dariku.
“keren yank jamnya.” Ucap dicky.
“iya.” Ucapku.
“aku juga punya hadiah buat kamu. Nih.” Ucap dicky seraya memberikan hadiahnya padaku.
Aku membukanya, aku mendapatkan sebuah saputangan yang ada tulisan Dicky and ayu forever.
“keren yank, makasih ya.” Ucapku.
“iya aku juga makasih.” Ucap dicky.
“iya.” Ucapku.
“yank,
kalo suatu hari nanti aku udah gak ada di dunia ini kamu masi jadiin
aku orang terindah selamanya di hati kamu, walaupun kamu gak bersama aku
lagi?” tanya dicky.
“ih ko ngomongnya gitu sih?” tanyaku kembali.
“ya gapapa, aku pengen tau aja.” Jawab dicky.
“iya kamu tetep yang terindah.” Ucapku.
Dicky memeluk dengan erat. Rasanya pelukannya tidak seperti biasanya, dia lebih lama memelukku saat ini.
* * *
Ke esokan harinya aku, memakai saputanganku. Aku ingin dicky melihat aku memakainya.
Tetapi
sesampainya di kelas, aku tidak menemukannya. Biasanya dia yang lebih
awal datang dari pada aku. Pikirku mungkin dia terlambat, tetapi sampai
bel berbunyi dia tak kunjung datang. Ada apa dengannya? Aku mencoba sms
tapi tidak terkirim.
Sesudah aku pulang sekolah, aku
meneleponnya tapi tidak aktif. Aku ingin melihat keadaanya ke rumahnya,
namun aku sudah ada janji pada mama. Mungkin besok dia sudah masuk.
* * *
Ke esokan harinya aku pun tidak menemuinya lagi. Setelah pulang sekolah tanpa pikir panjang aku langsung pergi ke rumahnya.
Sesampainya di rumah dicky, aku melihat ada tulisan RUMAH INI DIJUAL.
“apa?” aku shock.
Aku
melihat anak kecil yang sering bermain dengan sesi adiknya dicky, aku
sering melihat anak kecil itu bermain dengan sesi sewaktu aku bermain ke
rumah dicky.
“dek, ini rumah sesi ko dijual ya?” tanyaku.
“oh ini pacar ka dicky ya?” tanyanya lagi.
“iya. Kamu tau mereka kemana?” jawab dan tanyaku.
“kata sesi dia mau pindah, tapi dia gak bilang ke aku mau pindah kemana ka.” Jawabnya.
“oh gitu ya? Yaudah makasih ya.” Ucapku lirih.
“iya ka.” Jawabnya.
Aku
pun pulang, kali ini aku sangat tidak mengerti apa maksud dicky,
meninggalkanku seperti ini? Tuhan kemana aku harus mencarinya?
* * *
Hampir
satu bulan lebih dicky tidak masuk sekolah dan tidak ada kabar sama
sekali. Aku mencoba mencarinya, bahkan aku bertanya pada bisma. Dengan
dinginnya dia menjawab tidak tau. Apa dia tidak peduli dengan dicky
sahabatnya? Tega sekali dia.
Ponselku berdering tanda panggilan masuk, nomor tidak ku kenal. Langsung aku mengangkatnya.
VIA TELEPON.
Aku : hallo
Seseorang : hallo ka, aku sesi.
Aku : sesi? Kamu kemana aja? Kakak kamu juga gak ada kabar?
Sesi : aku pindah ka. Apa kakak mau bertemu dengan ka dicky?
Aku : iya kakak mau, pindah kemana kalian?
Sesi : nanti aku sms ya ka alamatnya. Aku pindah ke bandung.
Aku : bisa kakak bicara dengan ka dicky?
Sesi : lebih baik kakak kesini, sudah ya ka. Secepatnya kakak datang.
Sesi langsung mematikan teleponnya.
Sesudah pulang sekolah aku langsung pergi ke alamat yang diberitahu sesi. Sebelumnya aku pamit pada mama dan papa.
Sesampainya aku di depan rumah yang bernomor 17, nomor rumah yang diberitahu sesi tadi.
“hai ka?” sapa sesi.
“hai juga sayang, ka dicky mana?” tanyaku.
“ikut aku ka. Ka dicky ada disuatu tempat.” Ucap sesi kemudian menarik tanganku.
Aku mengikuti langkah kakinya, cukup jauh. Sampai aku sadar, sesi mengajakku ke arah pemakaman.
“sesi mau ngapain ngajak kakak kesini?” tanyaku yang masi mengikuti arah kaki sesi.
Sesi berhenti dan aku ikut berhenti.
“ini ka dicky ka.” Ucap sesi menangis seraya menunjukkan makam yang tertulis di nisan bernama dicky.
“gak mungkin, ini gak mungkin kan sesi?” ujarku yang mulai menetesi air mata.
“maaf ka. Ka dicky bilang aku gak boleh kasi tau kakak.”
Aku terjatuh lemas di depan pemakaman dicky.
“kenapa kamu ninggalin aku? Kenapa?!” ucapku histeris.
“kakak harus sabar. Ini surat yang ka dicky titipkan. Aku pulang ya, mama aku mencariku nanti.” Ujar sesi.
“iya sayang, makasih ya.” Ucapku.
Sesi pun pulang dan aku mulai membaca surat itu.
Isi surat :
To my dear :
Maaf
ya aku giniin kamu? Kamu apa kabar? Semoga baik tanpa aku. Maaf aku gak
bisa nepatin janji aku buat selalu ada disamping kamu selalu. Aku
mengidam kanker otak, aku sangat sedih mengalami ini. Mengapa hidupku
begitu berat, aku selalu berharap ada keajaiban namun Tuhan berkehendak
lain. Maaf sekali lagi aku sudah mengecewakanmu membuatmu menangis.
Andai aku bisa memilih, aku tidak ingin meninggalkanmu. Ingat janjimu ya
bahwa kamu tidak akan melupakanku. Jaga dirimu baik-baik. Aku
mencintaimu. LOVE YOU FOREVER.
Air mataku semakin deras setelah mengetahui semua ini.
* * *
Aku
mencoba menerima kepergian dicky, namun aku tidak akan pernah
melupakannya sedetikpun. Semua kenangan bersamanya aku ku simpan
selamanya.
“mungkin ini semua takdirku, namun aku akan selalu LOVE YOU FOREVER dicky.”
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar