Kamis, 07 Juni 2012

penghianatan seorang sahabat


Moga suka ...
Maaf kalo jelek, baru belajar ^_^


met baca ...
no copas+edit







"Aku kesal .. Ingin sekali marah, mengeluarkan segenap emosi ini. Aku tak pernah menyangka seseorang yang telah ku anggap seperti keluarga menghianatiku. Sakit. Pedih. Ingin sekali ku bunuh dia, tapi hati ini tak pernah setuju" dalam hati Dina.

"hai .. Nunggu lama ya ?" kata Bian.
"gak juga kok, oh iya, bukunya mana ?" Dina balik tanya.
"ni, nanti jadi belajar bareng di tempat kamu kan de' ", "iya, aku aja Riri gak pa2 ya ?!" Bian hanya tersenyum yakin.

Bel masuk kelas pun berbunyi kencang. Semua kembali ke kelas.
"aku anter ke kelas ya" ucap Bian.
"gak usah, makasih : )" kata Dina. Bian pun pergi dan melambaikan tangan pada Dina.

"Ri, pulang sama aku yuk, sekalian belajar bareng" ajak Dina. Riri mengangguk.

Sampainya di rumah Dina, HP Dina berdering. Telfon dari Bian

"de' udah di rumah ?" "iya, baru aja. Ayah dimana ?" "di rumah, ni mau berangkat ke rumah kamu" "ya udah, hati2 ya"

Dina mematikan panggilannya.
"dari siapa c ?" tanya Riri penasaran.
"hmm ... dari Bian" jawab Dina singkat.
"udah yuk masuk, aku ganti pakaian dulu, kamu duduk di tengah aja dulu Ri" Dina menuju kamar.
Tak lama kemudian Bian datang. Dia kaget kenapa bukan Dina yang membukakan pintu tapi Riri. Mereka duduk bersama di ruang tengah sambil menunggu Dina. Mereka mulai mengerjakan tugas-tugas. Bian sibuk godain Dina, sementara itu Riri menatap sinis seakan tak menyukai hubungan mereka. Tapi setiap kali Dina memandangnya raut wajahnya berubah tersenyum. Mereka belajar sambil bercanda. Dina tak pernah mencurigai kedekatan Riri dengan Bian karna persahabatan mereka yang begitu lama terjalin. Beberapa jam kemudian kegiatan mereka selesai.
"ayah, nanti Riri dianter pulang ya soalnya dede' gak bisa" kata Dina sambil menggandeng jari kelingking Bian.
"iya dede' ku sayang" memencet hidung Dina.
"OK din, kita pulang dulu ya" kata Riri.


Dalam perjalanan pulang mereka saling bercerita dan bercanda.
"kenapa aku ngerasa nyaman banget ada di deket Bian ya ?" kata Riri dalam hati. Mereka pun sampai di depan rumah Riri. "thank's ya, Bi" kata Riri sambil menutup pintu mobil. Bian pun pergi dari hadapan Riri. Dina merasakan sikap yang dingin dari Bian. Ketika mereka di sebuah pusat perbelanjaan hanya sapaan dingin yang diberikan Bian. Selebihnya dia hanya diam. "kamu kenapa c kok diem aja dari tadi ?" "gak pa2 kok" Dina tetap tak yakin dengan jawaban Bian yang seperti itu.

Hari minggu, tepat satu minggu ketika Bian berencana ingin mengajak Dina hang-out. Dina mengirimkan pesan untuk memastikan janjinya. Tapi balasan pesannya tampak bosan. "maaf de' aku lagi sibuk ni, kapan-kapan aja ya" balasan dari Bian. Dina merasa kecewa tapi dia tetap berpikir positif. "ahh ... bosan," kata Dina dengan raut wajah yang tak menyenangkan. Dia memutuskan untuk pergi dengan Riri. Namun saat tiba di rumah Riri, ibunya bilang bahwa Riri sedang pergi. Raut wajah yang kesal pun tampak jelas di wajah Dina. Saat perjalanan pulang, Dina tak sengaja lewat sebuah pusat perbelanjaan. Dia melihat Bian dengan seorang cewe' yang sepertinya ia kenali. "ahh masa' itu Bian c ?" pikir Dina. Ia penasaran dan mencoba mengikuti mereka. Dina begitu kaget saat tau bahwa cewe' yang bersama Bian itu adalah Riri. Matanya mulai berkaca-kaca, ia coba menahan agar air mata itu tak menetes. Namun Dina tak kuasa menahan sedih dan kecewanya saat Bian menggandeng Riri. Dina tak sengaja menjatuhkan kaleng susu, Bian menoleh ke arah suara itu tapi dia tak melihat siapapun "ada apa c Bi ?" "gak pa2 kok Ri". Dina pun pergi dengan air mata yang membasahi pipinya. "kenapa kamu bohong sama aku c Bi ?, kamu berubah, kamu jadi sering bohong dan dingin sama aku" air mata tak henti-hentinya mengalir di pipi Dina.

   Pagi ini Dina berangkat sekolah dengan tubuh lesu tak bersemangat, matanya sembab karna ia menangis semalaman. Langkahnya pelan menuju kelas, sendirian. Selama mengikuti pelajaran pun Dina tampak tak melamun, ia tak percaya dengan apa yg ia lihat kemarin. Riri yang heran dengan sikap Dina mencoba menghampirinya.
"Din, loe kenapa c ?, sembab gitu mata loe, abis nangis ya ?". Namun tak ada jawaban dari Dina, ia hanya diam memandang buku yang ada di hadapnya. Riri terus mencoba mengungkap apa yang sedang terjadi. Tapi Dina malah pergi dari hadapan Riri. Dina melangkah keluar mencoba mencari suasana yang bisa membuat hatinya lebih tenang. Terdengar seseorang memanggil Dina dari belakang. Dina tak menghiraukan panggilan itu.
"Din, dengerin aku dulu !" kata Bian sambil memegangi tangan Dina.
Dina hanya terdiam menahan air matanya yang hampir jatuh
"Din, kamu marah sama aku ?"
 Dina hanya menjawab "gak". Bian terus menanyakan hal yang sama.
"kenapa kamu bohong sama aku ?" kata Dina.
"bohong gimana c ?"

Dina menjelaskan semua apa yang ia lihat, dan Bian terus mencari alasan agar Dina tak marah lagi.

"OK, aku minta maaf, sebagai permintaan maaf nanti sore kita jalan aja ya, aku jemput deh". Dina tersenyum dan mereka pun berbaikan lagi.

"Din, abis kemana aja loe ?" tanya Riri. "jalan-jalan" jawab Dina singkat. "Ri, kemaren loe kemana ? gue ke rumah loe tau ?" tanya Dina. Riri telihat gugup saat akan menjawab. "a ... aku lagi pergi sama ... temen" "ouh" Dina memalingkan wajahnya. Riri terus terlihat gugup. Namun Dina seakan menghiraukannya. Riri curiga kalau Dina telah mengetahui semua yang ia lakukan bersama Bian kemarin. Sepulang sekolah Dina menampakkan sikap dinginnya pada Riri.
"Din, nanti sore loe mau gak anterin gue ke toko jam ?" "maaf gue udah punya janji" jawab Dina judes. Riri tampak kecewa dengan jawaban Dina. "gak biasanya ni anak sibuk sama HP ?!" pikir Dina yang melihat Riri. "Ri, aku duluan ya" Dina pergi meninggalkan Riri begitu saja.

"ih, kok Dina jadi gitu sama aku ?, minta dijemput aja deh dari pada naik angkot" ia pun mengirimkan pesan pada seseorang. Tak lama kemudian datang seorang cowo'. "kamu lama amat c beb ?" tanya Riri manja. "kamu kaya gak tau Jakarta aja" "hehe ya udah ayo pulang" mereka pun pulang bersama.

"semoga Bian memang tak menjalin hubungan apapun dengan Riri" pikir Dina. Saat perjalanan, Dina tak sengaja melihat Riri dengan seorang cowo', "siapa lagi tu ?" pikir Dina kesekian kalinya. Cowo' yang bersama Riri membuka helmnya dan "BIAN ?!" kata Dina kaget. Ia tak menyangka Bian melakukan hal yang sama. Dina tak kuasa menahan sedih. Ia langsung meminta supir untuk menambah kecepatan.

Sore pukul 15.30 WIB, Bian sampai di rumah Dina, ia mengetuk pintu. "hai" sapa Bian namun Dina hanya diam.

"katanya mau pergi, kok kamu belum siap-siap sih ?"

"sebelum pergi, tadi siang kamu pergi sama siapa ?" tanya Dina menahan air matanya.

"sama temen kok" kata Bian gugup.

Namun Dina tak percaya dengan kata-kata Bian lagi. Dina menunjukkan foto yang ia ambil tadi siang saat Riri bersama Bian. Bian terkejut "Din, aku bis .."

"ahh ... Udah lah Bi, aku gak tahan kamu mainin perasaan aku kaya gini" Dina begitu marah, ia menutup pintu tanpa menghiraukan Bian lagi. Ia menangis setelah menutup pintunya.

"Din, dengerin aku, itu gak seperti yang kamu pikir" suara Bian dari luar mencoba menenangkan suasana.

"udah Bi, mending kamu pergi dari rumah aku sekarang !" bentak Dina.

Siang ini di sekolah Dina tak terlihat bersama Riri lagi sejak kemarin. Teman-teman sekelas pun heran dengan sikap Dina akhir-akhir ini. Setiap salah satu temannya menanyakan apa yang terjadi, Dina selalu mengalihkan pembicaraan. Riri tiba-tiba menghampiri Dina yang sedang duduk sendiri di pinggir lapangan basket.
"Din loe mau gak bantuin gue ngerjain tugas dari bu Sherly ?" Dina menatapnya benci. Ia pergi tanpa menghiraukan pertanyaan Riri. "kenapa ya sama Dina ?" kata Riri dalam hati.

Tak berhenti sampai itu, pulang sekolah Dina yang biasanya bersama Riri pun terlihat sendiri. Ia menanti jemputan. Saat menunggu jemputannya, "itu seperti Bian ?, apa mungkin iya ?" tak lama kemudian seorang cewe' datang. Dina terkejut melihatnya. Ia langsung menghampiri dengan penuh amarah. Dina menampar pipi Riri dengan keras.

"loe tega banget ngelakuin ini sama gue Ri !" Riri tak bisa berbuat apa pun saat ia dipergoki sedang bersama Bian.

"udah !, jangan ribut disini" kata Bian.

"Din, ini tu cuma salah paham"

"lepasin tangan gue !" kata Dina, "aku kecewa sama kamu Bi, kamu tega ngelakuin ini sama aku, apa salah aku Bi ?" Bian hanya diam melihat Dina marah.

"aku kecewa Bi, mulai sekarang .. kita PUTUS !!" Dina berlari menjauhi mereka berdua tapi Bian terus mengejarnya.

"aku gak nyangka Ri kamu nusuk aku dari belakang" kata Dina dalam hati.

Bian melihat sebuah truk melaju kencang ke arah Dina, ia berusaha berteriak memperingati Dina. Namun tabrakan itu tak terhentikan. Dina tergeletak setelah terpental jauh dengan kepala yang penuh darah. Bian shock ! Ia menghampiri Dina yang tergeletak di jalan. Ia berusaha membangunkan Dina, namun ia telah pergi dengan kesedihan. Riri yang melihat Dina tak bernyawa merasa bersalah "maafin aku Din, aku ngancurin persahabatan kita. Aku jahat sama kamu Din, maafin aku" kata Riri sambil menangis. Dalam kata-kata terakhirnya Dina mengatakan kalau dia sangat menyayangi sahabatnya, Riri, dengan suara pelan dan hampir tak terdengar, Dina menghembuskan nafas terakhirnya.


SELESAI ...














PERTEMUAN SINGKAT


"hah ... Capek banget" ... Aku mengemasi barang2ku di kelas. "untung cuma MTK doang remidinya". Aku berjalan pelan menuju gerbang sekolah.
Sesampainya di rumah "bu, dede pulang" aku menuju kamar dan mengambil HP ku. Ku lihat tak ada pesan satu pun. Aku meletakkannya dan mandi.
Hari ini sepertinya aku berangkat terlalu pagi, "sepi banget ni sekolah kaya kuburan ?!" kataku pelan. Terdengar suara langkah kaki di belakangku. Ya, itu Rama, my favorite classmate. Kami cukup dekat. Hatiku cenat-cenut saat dia menyapaku sembari tersenyum.
"pagi banget dek ?"
"i ... iya, ada piket kelas. Kakak juga ?" aku berusaha sekuat mungkin tidak menampakkan rasa gugupku.
"iya, ya dah, duluan ya, kakak udah ditungguin, bye"
gak percaya deh, hatiku berbuah-buah seneng banget. Tapi satu hari yang buat aku sedih.
Di perpus jam istirahat ke-2 aku sedang mencari buku biologi untuk UH minggu depan. Aku heran, gak biasanya kak Rama gak ke perpus. "lagi males mungkin" pikirku.
Sampai pulang sekolah aku tak melihatnya. Apa mungkin hari ini gak berangkat ?
Aku mencari-cari HPku berada. "hah ... Mana nih kok gak ada ?" aku panik dan takut HPku ilang !
Turun dari bis aku berlari menuju rumah. Aku dobrak pintu depan.
GUBRRAAAKKK !!!
"dede ada apa c !" seru ibuku
"bu, liat HP dede gak ?" sambil ngos-ngosan
"di kamar mungkin, dari tadi ada suara di situ"
aku langsung menuju kamar dan benar HPku ada di atas bantal, hehe.
"2 pesan nih". Semua pesannya dari kak Rama. Di pesan
"de, maaf sebelumnya kakak gak ngasih kabar apa pun. Bukannya sombong atau apa, tapi karna ini mendadak. Kakak pergi ke Singkawang pagi ini dan sekolah di sana. Jangan sdih de, kakak juga gak mau, tapi gimana lagi. Satu hal yang dede perlu tau, kakak sayang sama dede.
Kak Rama"
air mataku berlinang, tapi aku mencoba menerima. Orang tua kak Rama menang suka pindah2 rumah karna alasan pekerjaan.
Dan setidaknya aku masih bisa smsan, hehe.

selesai ...
by : adm Alia ( Story Smash Dan Smashblast)
fb : Amalia FanaDicky