Rabu, 17 April 2013

Pelangi Di Malam Hari


Angin malam ini sungguh membuat bulu kuduk berdiri, begitu dinginnya hingga mampu menusuk melewati lapisan kulit dan dapat langsung terasa di tulang.  Gadis ini kini sedang berdiri di balkon kamarnya membiarkan angin malam ini mengibarkan rambut hitamnya. Dia merasakan ada sesorang yang kini memegang bahunya.

" Sudah malam, tidurlah." perintah wanita paruh baya ini dengan lembut.

" Sebentar mama, Rama ingin menikmati indahnya malam ini." jawab Gadis ini yang menyebut dirinya dengan Rama.
Gadis ini memiliki nama lengkap 'Ramadhiany Anindya Winata'. Dia adalah anak kedua dari 2 bersaudara, sebut saja 'Morgan' dia adalah kakak dari Rama dan lebih lengkapnya 'Handi Morgan Winata'. Hidup mereka sepertinya sangat indah jika seseorang boleh menilainya, namun ada satu kebahagiaan yang belum dirasakan oleh Rama yaitu kebahagiaan yang akan membuat hidupnya lebih lengkap dan indah. 'Cinta' kata itulah yang belum melengkapi hidupnya.

" Terserah kamu, tapi jangan terlalu lama, karena angin malam tidak bagus untuk kesehatanmu." kata ibu paruh baya itu yang berstatus sebagai ibumu, sembari dia keluar dari kamarmu.

" Jika memang malam ini indah pasti lebih indah jika aku dapat bersamanya." ucapnya sembari memejamkan mata membayangkan bahwa sosok 'Pangeran' yang akan melengkapi hidupnya.
Memang kini Rama sedang menantikan sosok 'Pangeran'nya akan membalas persaannya yang sudah dipendamnya sejak duduk di bangku SMP. Banyak yang bilang cinta Rama ini hanya sebuah cinta monyet, namun nyatanya tidak sampai sekarang ini dia masih gigih akan cintanya.

***

Sinar matahari memcoba untuk masuk melalui celah gorden kamarnya.

" Sudah pagi yah?" Rama mengucek matanya untuk meyakinkan bahwa ini sudah pagi dan setelah itu diapun bergegas menuju kamar mandinya.
Ini adalah kebiasaan Rama, dia adalah sosok gadis mandiri yang selalu bangun sendiri, tanpa harus menunggu dibangunkan oleh orang lain. Dia juga tidak suka jika harus merepotkan orang lain, sifatnya sungguh amat rendah hati, tidak suka memamerkan kekayaan orang tuanya.

" Pagi ma.. pagi pa.." sapa Rama saat sudah siap dengan dandanan ala anak sekolah yang natural.

" Anak mama cantik banget, kamu pakai make up ya?" goda mamanya.

" Enggak ma. Rama kan gak pernah pakai yang aneh-aneh nanti kulit Rama rusak lagi." Rama hanya tersenyum tipis mendengar godaan mamanya.

" Pagi mama... pagi papa... pagi juga adik aku yang paling jelek." sapa Morgan tiba-tiba mengagetkan semuanya.

" Kak Morgan? balik dari Japan kok gak bilang-bilang sih?" kamu pun berhambur memeluk kakanya itu.

" Kan bikin supprise." Morgan membalas pelukan dari adiknya itu.

" Nanti aja kangen-kangenannya adik kamu nanti telat." Papa Ramapun angkat bicara untuk menghentikan acara peluk-pelukanmu dengan Morgan.

" Iya pa.. ayo dek aku antar." Morgan pun berjalan terlebih dahulu untuk menyiapkan mobil dan kamupun segera pamit, lalu membuntuti Morgan.

***

" Makasih ya kak.. Rama masuk dulu ya."  kamu pun segera mencium pipi Morgan dan keluar dari mobil.

" Kak Morgan itu baik banget ya." kata seorang cewek yang mengagetkanmu.

" Aduh, kebiasaan deh bikin orang jantungan pagi-pagi." dumelmu sambil mencari sesuatu di dalam tasmu.

" Kan emang itu profesi aku bikin orang jantungan. Eh tapi ngomong-ngomong kak Morgan baik ya." kini sepertinya temanmu ini mulai penasaran dengan apa yang kamu cari dari dalam tasmu.

" Iya emang baik kayak adiknya." jawabmu masih tetap mengacak-ngacak tasmu.

" Nyari apa sih?" tanya temanmu.

" Cari notes aku kok gak nemu-nemu ya?" masih dalam keadaan berjalan tanpa sengaja kamu menabrak seorang laki-laki.

" Aduh maaf ya tadi aku gak sengaja." kamupun berdiri dan segera meminta maaf.

" Iya gak kenapa-napa kok." jawab lelaki itu dan setelah kamu mengetahui siapa dia kini matamu membola sempurna karena lelaki itu adalah sosok 'Pangeran'mu.

" Kamu Dicky kan?" kamupun dengan sigap memegang pipinya, kini air matamu mengalir tanpa ada aba-aba sebelumnya.

" Kamu Ramadhiany Anindya Winata kan? kenapa kamu menangis?" Dickypun menghapus air matamu dengan lembut. Disaat itu kamu merasakan ketenangan yang sangat tenang. Memang sudah 2 tahun terakhir ini Dicky dan Rama tidak pernah bertemu, dikarenakan Dicky yang saat itu lulus SMP langsung pergi ke kota lain.

" Kemana saja kamu?" kini Dickypun hanya menenggelamkan wajahmu di dada bidangnya.

" Sudahlah kamu jangan mengharapkan aku lagi." aneh memang beberapa menit tadi dia memelukmu dan kini sudah melepasnya langsung saja dia berlalu pergi dari hadapanmu. 
Hal ini sering dilakukannya karena memang tidak ada yang bisa menebak sifat Dicky.

" Dicky kamu kenapa? kenapa sifatmu masih saja seperti yang dulu? yang hanya bisa memberiku harapan tanpa pernah mewujudkannya? kenapa?" aku masih terisak dan dengan sabar Difa temanku menggandengku menuju kelas dan menenangkanmu.

***

Seperti biasa malam ini aku kembali berdiri di balkon kamarku untuk menikmati malam demi malam yang kulalui. Kini cuaca terlihat sangat tidak mendukung, banyak awan hitam menggumpal jadi satu membentuk sebuah kesatuan. Hati ini kini sama suramnya dengan cuaca malam ini, dan akupun memutuskan untuk masuk.
Aku hanya berbaring di tempat tidur tanpa bisa memejamkan mata karena memikirkan bagaimana kelanjutan kisahku dengannya, dan aku memutuskan untuk mengambil ipod kesayanganku.

Apa saja yang membuatmu bahagia

Telah ku lakukan untukmu demi mengharapkan cintamu

Kini ku bagai menanti datangnya pelangi

Dimalam hari yang sepi

Kusadari yang telah ku lakukan

Membuat hatimu terpanjara dan tak kuasa ku membukanya

Walau seluruh dayaku ingin bersamamu

Kunci hatimu patah tak terganti

Cinta tak harus memiliki

Tak harus menyakiti

Cintaku tak harus mati

Oh cinta tak harus bersama

Tak harus menyentuhmu meninggalkan dirirmu

Dalam bahagia walau tak disampingku itu ketulusan cintaku


Lagu yang sedang mengalun lewat ipod ku ini berhasil membuat cairan bening keluar dari kelopak mataku. Memang makna yang terkandung di dalamnya sangat tepat untuk menggambarkan perasaanku saat ini.
Banyak orang yang bilang aku bodoh karena mengahrap cinta yang tak pasti, ibarat menunggu 'Pelangi di Malam Hari'. Yang entah sampai kapan akan aku harus menunggu 'Pelangi' itu muncul, entahlah hanya waktu yang dapat menjawabnya.








~~~END~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar