Rabu, 17 April 2013

My Life With You


Pagi itu ia terbangun dari tidurnya karena sinar matahari kini telah berhasil menembus jendela kamarnya. Ia pun langsung begegas ke kamar mandi, karena ia harus berangkat ke sekolah.

" Non... Non Brenda sudah bangun?" teriak Bibi dari luar kamar.

Ya 'Brenda' lebih lengkapnya adalah 'Brenda Stera Icha' itulah namaku. Banyak yang bilang aku sangat beruntung karena mempunyai paras yang cantik bak seorang selebritis. Banyak juga yang mengatakan bahwa aku beruntung karena memiliki orang tua yang kaya. Namun semua kata 'Beruntung' yang dikatakan orang banyak itu sebenarnya tidak pernah kurasakan. Aku besar sebagai anak broken home walaupun orang tuaku sering mengirim uang untukku dan tidak pernah membuatku kekurangan. Aku sebenarnya termasuk murid berprestasi di kelasku, tapi waktu kelas 5 sd aku down karena perceraian orang tuaku dan disanalah hidupku mulai berantakan.

Saat aku duduk dikelas 1 smp aku harus pindah sekolah ke Jakarta dan perjalanan tentang kisahku dimulai.

" Udah ini lagi dandan." ucapku sembari memakai bedak.

" Cepetan Non.. nanti terlambat ini kan hari pertama Non masuk sekolah." jelas Bibi dari luar kamarku.

" Iya Bi.. ini udah selesai." kataku dan langsung keluar dari kamar dan bergegas kesekolah tanpa sarapan terlebih dahulu.

***

Saat sampai disekolah aku langsung disambut oleh Bapak Wakil Kepala sekolah yang dulu mengurus kepindahanku dan ia langsung mengantarkan ku kelas.

" Selamat pagi anak-anak. Perkenalkan ini ada murid baru dikelas kalian. Tolong bantuannya ya. Ayo perkenalkan dirimu." kata Pak Wakepsek.

" Perkenalkan nama saya Brenda Stera Icha." ucapku gugup walau cuma menyebutkan nama.

" Baiklah kamu boleh duduk disitu." perintah pak Wakepsek dan hanya aku jawab anggukan kecil.

Hari pertama disekolah tidak ada masalah semuanya baik-baik saja semua teman baik kepada ku. Sampai suatu hari aku harus mendapatkan masalah yaitu aku dituduh suka dengan seorang pacar temanku walaupun semuanya tidak benar namun itu membuatku sedih.

" Udah loe ngaku aja kalau suka sama Bisma." sentak cewek itu kepadaku.

" Sumpah gue gak suka sama Bisma." jawabku meyakinkan.

" Awas aja loe ya kalau berani ambil Bisma dari gue." ancamnya kepadaku dan aku hanya bisa menangis karena aku takut dengan cewek itu.

***

Setelah 1 bulan berlalu aku mulai tertarik dengan teman sekelasku dia bernama Dciky M Prasetya. Aku yang waktu itu masih kuper hanya bisa memendamnya dalam hati dan tidak berani berbicara kepadanya.
Sampai suatu hari aku tidak betah untuk menyimpannya sendiri dan aku beranikan diri untuk bercerita kepada sahabatku yang memang dekat dengan Dicky.

" Eh.. Ham... bisa minta tolong gak?" tanyaku pada Ilham sahabatku.

" Minta tolong apa?" jawabnya kepadaku.

Ilham Fauzie Effendi dia adalah satu-satunya orang yang mau berteman denganku karena memang tidak ada yang suka denganku dikelas, karena mereka menganggapku hanya cewek kampung dan mereka iri kepadaku karena banyak guru yang suka kepandaianku.

" Loe deketkan sama Dicky bisa mintain nomer hpnya gak?" tanyaku agak ragu saat itu.

" Hah? Dicky? Loe suka sama dia?" kini dia malah balik bertanya kepadaku.

" Iya... tapi jangan kenceng-kenceng ngomongnya." ucapku setengah berbisik.

" Oke... oke... nanti gue mintain. Tapi serius loe suka sama dia?" tanyanya masih tidak percaya.

" Iya gue suka sama Dicky." jawabku serius.

" Cie... Brenda..." ledeknya.

" Udah ah.. diem."

***

Saat bel istirahat seperti biasa aku tidak pernah keluar kelas, aku hanya memasang headset dan mendengarkan musik kesukaanku sambil membaca novel. Itu adalah kegiatanku setiap istirahat karena aku tidak pernah ngobrol dengan siapapun selain Ilham, tapi jika istirahat dia bermain dengan Dicky,Bisma,Rafael,Reza,Rangga,dan Morgan.

" Brenda..." kini Ilham telah duduk di bangkunya yang bersebelahan denganku.

" Iya.. udah masuk ya? maaf aku tadi asyik baca novel." kataku seraya menutup novelku dan melepas headsetku.

" Nih..." ujarnya sembari memberiku secarik kertas.

" Apa ini?" tanyaku sambil menerima kertas itu.

" Itu tadi katanya minta nomernya Dicky." jelasnya yang kini membuat hatiku berbunga-bunga.

" Makasih ya.. loe baik banget deh Ham.." kataku sambil tersenyum kegirangan.

" Iya sama-sama Bren..." jawabnya sambil tersenyum manis.

***

Aku kini telah sampai dirumah dan tidak sabar rasanya ingin mengirim pesan ke Dicky.

"Hai.. apa benar ini nomernya Dicky? " inilah pesan pertamaku.

" Iya.. siapa ya?'" tidak menunggu lama akhirnya dia membalas pesanku.

" Gue Brenda Ky..." balasku singkat.

Oh.. Brenda... ada apa?"

" enggak cuma gue pingin ngomong sesuatu  sama loe."

" ngomong apa ya?"

" Sorry ya kalau terlalu cepet gue bilangnya. gue itu suka sama loe." kini aku gelisah menunggu balasan darinya.

" Sebelumnya gue minta maaf Brenda... gue itu udah punya cewek. Dari awal gue juga udah tau kalau loe suka sama gue. Dari sikap loe yang sering salah tingkah kalau ada gue dan loe diem-diem merhatiin gue kan? gue tau semua itu dan Ilham juga udah cerita sama gue."

" Oh maaf ya kalau begitu. Bye." itulah balasan terakhirku untuknya. Hatiku benar-benar sesak saat itu dan aku hanya bisa menangis dan menangis.

***

Keesokan harinya disekolah aku sangat tidak semangat untuk bersekolah, namun karena tuntutan jadi aku harus tetap sekolah. Dan setelah sampai akupun langsung bercerita kepada Ilham.

" Bren kenapa mata loe bengkak?" tanyanya sembari memegang bawah mataku.

" Semalem gue habis nangis Ham... gara-gara Dicky." jawabku dengan nada tersendat-sendat karena aku ingin menangis lagi.

" Emang semalem ngomong apa dia?" tanyanya lagi.

" Dia bilang kalau dia udah punya cewek Ham." ucapku seraya mengahus air mata yang mulai menetes.

" Ah yang bener? setahu aku dia gak punya cewek, pasti dia bohong." katanya yang tidak percaya dengan apa yang ku ucapkan.

" Tapi dia sendiri yang bilang kepadaku seperti itu."

" Sudahlah jangan menangis nanti aku tanyakan sendiri padanya."

***

Ilham tengah mengintrogasi Dicky. Dan setelah mendengar penjelasan dari Dicky ternyata Dicky itu tidak memiliki pacar dan ia hanya jaga image alias GR jika berpacaran denganku.
Setelah itu Ilham langsung menceritakannya kepadaku dan membuatku semakin terpuruk.

***

6 bulan berlalu kini sudah mendekati kenaikan kelas dan selama itu pula aku masih menunggu Dicky yang akan menyambut cintaku. Aku berharap dapat 1 kelas lagi dengannya, namun itu tidak mungkin karena memang Dicky bukanlah anak cerdas sepertiku yang masuk kelas unggulan dan kita tidak satu kelas.

Tak terasa sudah 1 tahun aku menunggu Dicky namun hasilnya nihil dia tetap pada pendiriannya sampai suatu ketika teman Dicky dan temanku berencana untuk mempertemukan kita berdua.

" Bren.. ikut gue yuk.." ajak Ilham kepadaku.

" Kemana?" jawabku ragu dan memang aku satu kelas lagi dengan Ilham.

" Udah ikut aja." kini Ilham menarik tanganku menuju gerbang sekolah dan disana aku melihat ada Dicky dengan Rafael.

" Dicky..." sapa Ilham dan disitu aku bingung apa yang harus aku lakukan.

" Eh Ilham..." jawabnya singkat.

" Masih ingatkan dengan dia?" tanya Ilham sambil menunjuk kepadaku.

" Brenda kan... pasti ingat lah gue..." jawab Dicky sambil tersenyum kepadaku dan sontak membuatku kaget.

" Baguslah kalau masih ingat. Dicky mau gak jadi cowok Brenda?" tanya Ilham yang membuatku dan Dicky schok.

" Eh.. apa-apaan sih loe Ham..." sentakku pada Ilham.

" Udah deh diem." perintah Ilham kepadaku dan Dicky yang melihatnya hanya tersenyum.

" Brenda ayo..." ajak temanku yang bernama Sila tiba-tiba karena memang kita mau kerja kelompok.

" Sorry gue harus pergi." kataku sembari meninggalkan mereka.

***

Keesokan harinya Ilham langsung bercerita kepadaku.

" Bren loe kemarin kemana sih? kemarin itu Dicky tuh nungguin loe sampai jam 15.30 tapi loenya gak muncul-muncul." kata Ilham dan kini membuat aku kaget.

" Apa nunggu gue? gak salah Ham?" tanyaku heran dan tidak percaya.

" Iya kemarin dia mau ngomong serius sama loe." ucap Ilham kini membuat hatiku rasanya sedih dan hanya air mata yang keluar dari mataku aku sudah tak sanggup berkata-kata. 
Apa mungkin Dicky menungguku untuk membicarakan sesuatu? apa dia menghargai penantianku selama 1 tahun ini? apa mungkin Dicky mulai bisa menerimaku?
Kini beribu pertanyaan mengahantui pikiranku, namun sejak kejadian itu Dicky tak kunjung menemui ku dan dia kembali seperti dulu yang tidak perduli terhadapku dan tidak pernah mengganggaku ada. Apa mungkin dia kecewa terhadapku?
Aku tak tau harus berbuat apa sekarang yang pasti semua perjalananku belum berakhir walaupun dulu sempat aku dekat dan sering bercanda dengannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar