Jumat, 01 November 2013

TERNYATA (Cerpen) Created By : @Swastikadhitya

   “ Aku bantu ya?” ujar pria tampan ini sembari mengulas senyuman manisnya. Diambilnya buku-buku yang berserakan di lantai, baru saja Ia menabrak seorang gadis dan membuat buku-buku yang dibawa gadis itu jatuh berhamburan.

                “ Makasih ya!” ucap Kejora ketika Bisma mengembalikkan buku-bukunya yang berhamburan tadi.

                “ Ke kelas kan? Mau bareng?” ajak Bisma, sembari mengulur tangan nya.

                Gadis berparas nan ayu ini langsung menerima uluran tangan Bisma, mereka pun saling bergandengan dan berjalan menuju kelas. Tampak seisi  kelas itu menyoraki mereka berdua yang berjalan dengan mesranya ,” Cie cie!” sorak sorai siswa-siswa XD ini bergemuruh.

                “ Cie yang jalan bareng sama Bisma!” sindir Karina ketika sahabatnya, Kejora duduk di sebelahnya, “ Merah amat neng pipinya?” sambung Karin diiringi tawa kecilnya.

                “ Apaan sih!” Kejora menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, Ia benar-benar tak bisa menyembunyikan rasa malu di wajahnya.

                “ Pajak nya ya neng!” dan kali ini tawa Karin benar-benar meledak, Kejora yang sudah kesal pun menjitak kepala Karin dan membuat sahabatnya satu ini meringis kesakitan.

                Beberapa menit kemudian pun, bel sekolah berbunyi semua murid langsung berhamburan menuju bangkunya sendiri-sendiri. Bu Sita melangkah memasuki kelas XD, decakan kagum terlontar ketika guru wanita ini berjalan masuk, bukan karena pesona yang dipancarkan guru ini tetapi seorang lelaki manis yang berjalan mengekor di belakang bu Sita.

                “ Nama saya Dicky Muhammad Prasetya. Biasa dipanggil Dicky, salam kenal!” ucap lelaki itu ketika diminta untuk memperkenalkan diri. Tak ada suara bising, semua wanita benar-benar memandanginya secara detail, tapi kedatangan lelaki ini sedikit membuat sebal untuk para siswa pria lainnya.

                “ Ya sudah, Dicky! Kamu bisa duduk dibelakang sana!” ujar bu SIta sembari menunjuk bangku kosong di deretan terbelakang. Dicky melangkah, wajahnya kalem, bisa dilihat dia benar-benar anak yang baik.

                Pelajaran pun dimulai, Dicky mengambil kacamatanya lalu memakainya, menyimak dan mendengarkan, benar-benar anak yang rajin. Sedangkan wanita-wanita centil itu terus menerus membahas ketampanan seorang Dicky .

                “ Eh, sendirian aja! Mau ikut gue main basket?” Bisma menghampiri Dicky saat bel istirahat berbunyi dan mengajak Dicky untuk ikut bersamanya. Dicky tersenyum tipis lalu menggeleng pelan dan kembali membaca buku nya.

                “ Kenapa?” tanya Bisma, “ Lo nggak mau beradaptasi gitu sama sekolah baru lo?” tebak Bisma saat Dicky tak segera menjawab pertanyaannya.

                “ Nggak sih, cuman males!” ujar Dicky. Tanpa mengucap sepatah kata pun, Bisma langsung pergi meninggalkan Dicky dan berlari menuju lapangan.

                ***

                “ Anak barunya kalem banget ya, Ra?” komentar Karin, ketika dirinya dan Kejora tengah melahap semangkok bakso di pojokan kantin.

                “ Cuman luarnya doang, kan? Hatinya belum tentu!” balas Kejora dengan nada yang dibuat-buat bijak.

                “ Kalau Bisma? Kalem nggak?” kini Karin bertanya dengan nada menggoda, membuat pipi Kejora memerah.

                “ Ish, kok jadi bawa-bawa Bisma, sih?” Kejora memanyunkan bibirnya itu.

                “ Cie.. Lu suka kan sama Bisma?” tanya Karin yang mencoba sedikit serius. Kejora menunduk. Tak lama kemudian Ia mengangguk ragu, membuat sahabatnya itu tersenyum geli.

                ** *

                Bel masuk baru saja berbunyi, perlahan siswa demi siswa telah kembali menduduki bangkunya masing-masing. Dicky yang memang standbay duduk dibangkunya sedari tadi kini tengah memainkan pulpennya. Sedangkan Bisma serta teman-temannya yang kebetulan melewati bangku Dicky, hanya memandang bingung dirinya.

                “ Lo suka menyendiri?” tanya Bisma sembari duduk di bangku sebelah Dicky yang memang kosong. Dicky menoleh seraya mengangkat bahunya.

                “ Cuek banget ya!” komentar Ilham ketika Bisma kembali ke tempat asalnya, duduk di sebelah Ilham.

                “ Spesies langka!” balas Bisma. Mereka berdua tertawa kecil.

                ***
                Tak terasa hari begitu cepat berlalu, kini pagi telah kembali. Matahari pun telah siap untuk menerangi alam ini. Siswa-siswi SMA Trisaa pun mulai berdatangan. Termasuk murid-murid XD yang hamper semuanya telah berdatangan.

                Sepuluh menit sebelum masuk, mereka –siswa kelas XD- dikagetkan akan hal sesuatu. Dicky yang berpenampilan kalem kemarin kini terlihat brutal. Tak ada dasi yang melingkar di lehernya,lengan bajunya dilipat,  kerah bajunya terangkat, dan sabuk pinggangnya pun terlihat tak begitu rapi, walau begitu wajah bersihnya tetap menampakkan paras indah bagi setiap kaum hawa.

                “  Lu mau sekolah atau berantem?” celoteh Ilham dengan nada canda. Namun, Dicky membalasnya dengan tatapan sinis. Why?

                “ Lu masih mau hidup atau perlu gue bikin mati sekarang? Ck!” balas Dicky menatap tajam ILham.

                “ Eh, siapa elo? Mati itu ditangan tuhan!” teriak Bisma membela sahabatnya, Ilham.

                “ Gue tau! Tapi gue juga bisa buat lu cacat!” sahut Dicky lagi. Kemudian kelas terasa hening, semua bergidik ngeri dengan tingkah Dicky. Sungguh berbeda dengan hari kemarin.

                “ Kesambet apa ya?” bisik Karin pada Kejora. Kejora mengangkat bahunya.

                ***

                “ Lo bisa diem nggak sih, Dick?”

                “ Udahlah.. Lo ya elo! Gue ya gue!” Sambungan terputus.

                ***

                BUUKK . Dicky dan Bisma sepertinya tengah terlibat sebuah perkelahian. Tak segan-segan untuk Dicky maupun Bisma saling menghabisi satu sama lain

                “ Berani lo sama gue?” teriak Dicky tepat dihadapan wajah Bisma. Tangannya mencengkram erat kerah seragam Bisma, Bisma tak bisa berkutik sudah sepuluh pukulan lebih Ia terima dari pergelangan tangan Dicky.

                “ DICKY!!” teriak seorang guru BK yang memang dipanggil Kejora tadi.

                BUUK.. Bisma jatuh tersungkur, sesegera mungkin Kejora membantu Bisma untuk berdiri dan berjalan menuju UKS. Sedangkan Dicky, kini dirinya ditarik masuk ke BK.

                “ Anda tau siapa Bisma Karisma?” tanya guru ini menatap tajam wajah Dicky.

                “ Gak penting buat gue buat tau siapa dia!” jawab Dicky.

                “ ANda bisa sopan sedikit? Saya disini sebagai guru!”

                “ Terus? Gue peduli gitu? Penting? Kalau penting ibu catet aja trus kasih ke saya!” balas Dicky seraya berlalu pergi membuat guru tadi semakin terbakar emosinya.

                *** 

                DI UKS.

                “ Lo nggak papa kan, Bis?” tanya Kejora begitu khawatir. Bisma tersenyum tipis, sesekali Ia mengaduh ketika handuk basah itu di dekatkan pada luka lebamnya.

                “ Udah, Ra! Cukup!” pinta Bisma menjauhkan handuk basak itu dari pelipisnya. Kejora tersenyum. Setelah ia membereskan perlengkapannya tadi sesegera mungkin Ia beranjak dari tempat itu, tetapi tangan Bisma menghalangi jalannya.

                “ Perlu bantuan lagi?” tanya Kejora menatap lembut Bisma.

                “ Gue pengen elo jadi pacar gue!” ucap Bisma dengan tatapan kosong.

                “ Otak lu geser ya?” tanya Kejora yang menganggap ini hanya candaan.

                “ Gue serius, Kejora!” ucap bIsma yang kali ini menatap dalam mata indah Kejora. Kejora menuduk, Ia berusha menyembunyikan wajah nya yang tengah berseri.

                “ Mau kan?” tanya Bisma memastikan. Kejora dengan malunya mengangguk. Mereka pun saling berpandangan kemudian.

                ***
                “ Beneran, Ra? Aaaa.. selamat ya!” ucap Karin ketika Kejora bercerita bahwa dirinya resmi jadian dengan Bisma.

                Malam  ini Karin memang menginap dirumah Kejora.

                “ Hehe.. Elo juga cari pacar dong! Masa iya gue punya elu enggak? Ntar biar bisa sharing gitu tentang pacar masing-masing!” pinta Kejora.

                “ SEbelum elo jadian, gue juga udah jadian kali!” ujar Karin memberi senyum penuh kemenangan. Kejora menatapnya bingung.

                “ Tiga bulan yang lalu gue resmi jadian sama Ilham!” ungkap Karin, membuat Kejora semakin shock.

                “ Ihh, kok enggak cerita sih!” kesal Kejora sembari melempar bantal kecil kearah Karin. Akhirnya mereka berdua saling bercerita tentang segala hal termasuk men-gosipi tingkah Dicky yang berubah drastic tadi. Hingga semuanya terlelap dalam kesunyiam malam.

                ***
                Semua mentaapnya bingung, membuat dirinya ikut terheran. Di tatapnya dirinya sendiri. Tak ada yang salah pikirnya. CEKLEEK, pintu kelas XD ini dibukanya. Semua murid menatapnya dengan tatapan tajam dicampur keheranan. Dicky. Dicky yang kemarin berpenampilan brutal kini kembali berpenampilan baik kembali. Semua seragamnya terlihat rapi.

                “ Tobat lo?” tanya Ilham setengan berteriak. Dicky semakin heran, Ia pun segera menduduki bangkunya kembali. Dan menganggap teriakan ILham hanyalah angin semata.

                Lima menit kemudian seorang guru memasuki  kelas XD. Seni Musik. Tak tau mengapa tak ada satu pun murid kelas ini yang menyukai pelajaran ini tak terkecuali Bisma. Tetapi sepertinya hari ini Bisma tak masuk.

“ Siapa yang mau mencoba memainkan gitar ini?” ucap guru itu sembari mengangkat gitar yang dibawanya. Tak ada satu pun siswa yang berminat semuanya acuh tak acuh.

                “ Yah kamu!” ucap guru itu menunjuk Dicky. Dicky begitu kaget bahwa dirinya yang ditunjuk. Pasalnya tadi Ia tak mengacungkan jari melainkan menggaruk kepalanya yang sedikit gatal. Walau begitu Dicky tetap melangkah maju. Tak ada tatapan kekaguman padanya walau Ia bermain gitar begitu indah, semuanya telah menganggapnya dengan nilai negative.

                Dicky terbatuk ketika sampai di pertengahan lagu, membuatnya harus menghentikan permainan akustiknya. Tanpa meminta izin pada guru music itu Ia langsung berlari keluar kelas.

                Dicky membersihkan bibirnya yang berwarna merah itu, dadanya kembali perih. Dicky mencoba menahan sakit. Dicky segera beranjak dari tempat itu ketika badannya kembali terasa normal.

                “ Dickya Prasetya!” panggil seorang guru. Dikcy menoleh dan mendapati seorang guru mendekatinya. Guru itu tersenyum dan kemudian menarik halus tangan Dicky.

                “ Ng, buk! Ta..tapi saya belum izin sama guru di kelas!” ucap Dicky pelan ketika Ia duduk di kursi BK. Guru itu tersenyum.

                “ Saya sudah meminta izin untukmu!” balasnya. Dicky mengangguk mengerti.

                “ Dicky Prasetya! Kamu orang baik, bukan?” tanya guru itu menatap lembut Dicky. Dicky bingung dengan pertanyaan guru itu.

                “ Hanya orang lain yang bisa menilai tentang diri saya bu!” jawab Dicky halus.

                Guru itu yang kini berbalik bingung. Kemana Dicky yang kemarin? Yang kasar dan tak sopan?

                *** 

                “ Lu berbuat onar lagi kan, kak?” teriak Dicky membentak kakaknya itu yang notabennya mereka adalah kembar. Dicky dan Pras.

                Pras menatap Dicky santai, “ Kenapa? Ada yang marahin elo di sekolah? Bilangin ke gue biar gue hajar!” jawabnya dengan gaya brutalnya.

                “ Benci gue sama lo! Mendingan lo nggak usah jaadi gue lagi lah! Yang buat ujung-ujungnya gue dikeluarin dari sekolah!” ucap Dicky berteriak. Mereka hanya berdua dirumah besar dan mewah itu. Orangtua mereka jarang sekali pulang. Bahkan sampai Dicky yang sudah divonis sirosis sejak dua tahun yang lalu pun mereka tak mengetahui, dan alasan itu yang membuat Pras menjadi anak brandal. Ia sangat benci pada orangtuanya tapi Ia sangat sayang sekali pada adik kembarnya itu.

                “ Dick, lo marah sama gue?” Pras mencoba mengetuk pintu kamar Dicky, “ Buka dong Dick! Gue minta maaf! Janji deh, gue nggak bakal buat onar lagi apalagi pake nama elo!” teriak Pras.

                “ Lo brandal, kan? Dobrak aja tuh pintu!” balas Dicky. Pras mengerti apa yang dirasakan DIcky jika tengah kasar seperti ini. Untuk orang lembut seperti Dicky ini jarang sekali marah kecuali karena hal yag membuatnya begitu benci. Dan Pras mengambil kesimpulan bahwa DIcky memang benar-benar membencinya.

                ***

                LO makan ya! Sorry gue pergi! Cuman bisa siapin roti aja! Begitulah tulisan di secarik kertas itu. Dicky menatap rotti-roti itu, ada tatapan benci disana, Ia enggan untuk memakan makanan pemberian kakaknya itu. Dan segera mungkin Ia cabut dari rumahnya.

                ***

                “ Kemarin Dicky minta maaf sama aku!” cerita Bisma pada Kejora.

                “Oh, ya? Terus kamu maafin?”

                “ Iya lah. Tuhan aja bisa, masa iya aku gak maafin?” jawab Bisma bijak. Membuat Kejora semakin kagum pada sosoknya.

                “ Huh! Kalo gue jadi elo nih ya, gak bakal gue maafin itu makhluk!” sela Ilham cepat.

                “ Eh curut! Gue nggak lagi cerita same lo ye!” sergah Bisma cepat . Membuat bibir ILham manyun.

                “ Dia kan lagi galau, Bis! Karin kan enggak masuk! Jadi mungkin dia iri sama kita!” ucap Kejora menyindir.

                Istirahat kali ini, mereka habiskan dikelas. Kelas memang kosong pada jam istirahat hanya ada mereka bertiga dan… Dicky, ya ada Dicky! Dicky dan bukan Pras. Sebenarnya sedari tadi Dicky mencoba menahan sakit di hatinya, ada perasaan yang tak enak di hatinya dan perasaan itu terbukti ketika ponselnya bordering.

                “ …………………………………………………………………………………….. “

                BRAAKK. Ponsel itu terjatuh bebas di lantai, membuat Bisma, Kejora dan Ilham menoleh dan menghampiri Dicky yang kini matanya memerah dan berarir.

                “ Lo kenapa Dick?” tanya Bisma . BUUKK, yah Dicky pun jatuh tersungkur di lantai, hidungnya kini terlihat ada darah kental yang mengalir, membuat Bisma, Kejora dan ILham panic. Sesegera mungkin mereka membawa Dicky ke rumah sakit.

                1 Mingguu Kemudiaann..

                “ Selamat nak Dicky, mulai hari ini anda terbebas dari penyakit itu!” ucap seorang DOkter membuat Dicky bingung. Dokter itu memberinya secarik kertas dan berlalu pergi meninggalkannya.

                Hallo adek gue yang manjanya udah akut!! Ini kakak elo!:D

                Gimana udah gak sakit kan? Gue tau emang hati gue itu kotor, tapi walau gitu lo nggak boleh kotor lo tetep harus jadi adek gue yang bersikap baik! Yah gue pendonor hati buat elo, cuman itu kenangan yang bisa gue kasih buat elo. Dan semoga sepeninggalan gue, itu orang tua nyadar kalo mereka itu punya tanggungjawab! Tanggungjawab buat jagain elo! Udah lah, capek gue nulisnya! Bye, salam sayang!

                Dicky Muhammad Prasetya(Pras)

                Tes , air mata itu jatuh bebas di kertas putih itu melunturkan tulisan-tulisan Pras yang ditulis sebelum Ia pergi dari dunia ini.

                “ Maafin gue, kak! GUe nyeseeel! Sekarang gue sendiri, gue udah nggak punya siapa-siapa! Gue nggak tau kehidupan gue selanjutnya gimana! Yang gue tau hidap gue nggak akan teratur!”

                “ Gue manja kak! Gue nggak bisa berdiri sendiri! Gue butuh orang yang bisa buat gue berdiri tegak! Gue butuh elo! “ jeritnya dalam hati. Di sekanya air mata itu dan mencoba tersenyum saat Bisma, Ilham, Kejora dan Karin datang menjenguknya.

                *** 
                Di pemakaman.

                “ Sorry kak, gue baru bisa datang! HEhe!” ucap Dicky mencoba tersenyum disamping makam Pras.

                “ Kayaknya harapan lo nggak terkanbul deh! Itu orang tua aja nggak tau kalau elo udah pergi!” ujar Dicky bergetar.

                Dicky pun menghabiskan waktunya di makam itu. Setelah kejadian itu, DIcky merantau pergi entah kemana, padahal Bisma sudah menawarinya untuk tinggal bersamanya.

                Lima tahun pun berlalu, Dicky kini kembali ke Jakarta. Dirinya meneruskan kuliah di ibu kota itu.Kini Ia tengah duduk-duduk di taman kampus. Tetapi tiba-tba saja ada yang menepuk pundaknya, Ia menoleh dan mendapati ….

                “ Dicky?”

                “Pras?”

END ~

GAJE AMAT INI (--")
MAAF YA TIDAK SESUAI HARAPAN!:D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar