“ Aku bantu ya?” ujar pria tampan ini sembari mengulas senyuman
manisnya. Diambilnya buku-buku yang berserakan di lantai, baru saja Ia
menabrak seorang gadis dan membuat buku-buku yang dibawa gadis itu jatuh
berhamburan.
“ Makasih ya!” ucap Kejora ketika Bisma mengembalikkan buku-bukunya yang berhamburan tadi.
“ Ke kelas kan? Mau bareng?” ajak Bisma, sembari mengulur tangan nya.
Gadis berparas nan ayu ini langsung menerima uluran
tangan Bisma, mereka pun saling bergandengan dan berjalan menuju kelas.
Tampak seisi kelas itu menyoraki mereka berdua yang berjalan dengan
mesranya ,” Cie cie!” sorak sorai siswa-siswa XD ini bergemuruh.
“ Cie yang jalan bareng sama Bisma!” sindir Karina
ketika sahabatnya, Kejora duduk di sebelahnya, “ Merah amat neng
pipinya?” sambung Karin diiringi tawa kecilnya.
“ Apaan sih!” Kejora menutupi wajahnya dengan kedua
telapak tangannya, Ia benar-benar tak bisa menyembunyikan rasa malu di
wajahnya.
“ Pajak nya ya neng!” dan kali ini tawa Karin
benar-benar meledak, Kejora yang sudah kesal pun menjitak kepala Karin
dan membuat sahabatnya satu ini meringis kesakitan.
Beberapa menit kemudian pun, bel sekolah berbunyi
semua murid langsung berhamburan menuju bangkunya sendiri-sendiri. Bu
Sita melangkah memasuki kelas XD, decakan kagum terlontar ketika guru
wanita ini berjalan masuk, bukan karena pesona yang dipancarkan guru ini
tetapi seorang lelaki manis yang berjalan mengekor di belakang bu Sita.
“ Nama saya Dicky Muhammad Prasetya. Biasa dipanggil
Dicky, salam kenal!” ucap lelaki itu ketika diminta untuk memperkenalkan
diri. Tak ada suara bising, semua wanita benar-benar memandanginya
secara detail, tapi kedatangan lelaki ini sedikit membuat sebal untuk
para siswa pria lainnya.
“ Ya sudah, Dicky! Kamu bisa duduk dibelakang sana!”
ujar bu SIta sembari menunjuk bangku kosong di deretan terbelakang.
Dicky melangkah, wajahnya kalem, bisa dilihat dia benar-benar anak yang
baik.
Pelajaran pun dimulai, Dicky mengambil kacamatanya
lalu memakainya, menyimak dan mendengarkan, benar-benar anak yang rajin.
Sedangkan wanita-wanita centil itu terus menerus membahas ketampanan
seorang Dicky .
“ Eh, sendirian aja! Mau ikut gue main basket?” Bisma
menghampiri Dicky saat bel istirahat berbunyi dan mengajak Dicky untuk
ikut bersamanya. Dicky tersenyum tipis lalu menggeleng pelan dan kembali
membaca buku nya.
“ Kenapa?” tanya Bisma, “ Lo nggak mau beradaptasi
gitu sama sekolah baru lo?” tebak Bisma saat Dicky tak segera menjawab
pertanyaannya.
“ Nggak sih, cuman males!” ujar Dicky. Tanpa mengucap
sepatah kata pun, Bisma langsung pergi meninggalkan Dicky dan berlari
menuju lapangan.
***
“ Anak barunya kalem banget ya, Ra?” komentar Karin,
ketika dirinya dan Kejora tengah melahap semangkok bakso di pojokan
kantin.
“ Cuman luarnya doang, kan? Hatinya belum tentu!” balas Kejora dengan nada yang dibuat-buat bijak.
“ Kalau Bisma? Kalem nggak?” kini Karin bertanya dengan nada menggoda, membuat pipi Kejora memerah.
“ Ish, kok jadi bawa-bawa Bisma, sih?” Kejora memanyunkan bibirnya itu.
“ Cie.. Lu suka kan sama Bisma?” tanya Karin yang
mencoba sedikit serius. Kejora menunduk. Tak lama kemudian Ia mengangguk
ragu, membuat sahabatnya itu tersenyum geli.
** *
Bel masuk baru saja berbunyi, perlahan siswa demi
siswa telah kembali menduduki bangkunya masing-masing. Dicky yang memang
standbay duduk dibangkunya sedari tadi kini tengah memainkan pulpennya.
Sedangkan Bisma serta teman-temannya yang kebetulan melewati bangku
Dicky, hanya memandang bingung dirinya.
“ Lo suka menyendiri?” tanya Bisma sembari duduk di
bangku sebelah Dicky yang memang kosong. Dicky menoleh seraya mengangkat
bahunya.
“ Cuek banget ya!” komentar Ilham ketika Bisma kembali ke tempat asalnya, duduk di sebelah Ilham.
“ Spesies langka!” balas Bisma. Mereka berdua tertawa kecil.
***
Tak terasa hari begitu cepat berlalu, kini pagi telah
kembali. Matahari pun telah siap untuk menerangi alam ini. Siswa-siswi
SMA Trisaa pun mulai berdatangan. Termasuk murid-murid XD yang hamper
semuanya telah berdatangan.
Sepuluh menit sebelum masuk, mereka –siswa kelas XD-
dikagetkan akan hal sesuatu. Dicky yang berpenampilan kalem kemarin kini
terlihat brutal. Tak ada dasi yang melingkar di lehernya,lengan bajunya
dilipat, kerah bajunya terangkat, dan sabuk pinggangnya pun terlihat
tak begitu rapi, walau begitu wajah bersihnya tetap menampakkan paras
indah bagi setiap kaum hawa.
“ Lu mau sekolah atau berantem?” celoteh Ilham
dengan nada canda. Namun, Dicky membalasnya dengan tatapan sinis. Why?
“ Lu masih mau hidup atau perlu gue bikin mati sekarang? Ck!” balas Dicky menatap tajam ILham.
“ Eh, siapa elo? Mati itu ditangan tuhan!” teriak Bisma membela sahabatnya, Ilham.
“ Gue tau! Tapi gue juga bisa buat lu cacat!” sahut
Dicky lagi. Kemudian kelas terasa hening, semua bergidik ngeri dengan
tingkah Dicky. Sungguh berbeda dengan hari kemarin.
“ Kesambet apa ya?” bisik Karin pada Kejora. Kejora mengangkat bahunya.
***
“ Lo bisa diem nggak sih, Dick?”
“ Udahlah.. Lo ya elo! Gue ya gue!” Sambungan terputus.
***
BUUKK . Dicky dan Bisma sepertinya
tengah terlibat sebuah perkelahian. Tak segan-segan untuk Dicky maupun
Bisma saling menghabisi satu sama lain
“ Berani lo sama gue?” teriak Dicky tepat dihadapan
wajah Bisma. Tangannya mencengkram erat kerah seragam Bisma, Bisma tak
bisa berkutik sudah sepuluh pukulan lebih Ia terima dari pergelangan
tangan Dicky.
“ DICKY!!” teriak seorang guru BK yang memang dipanggil Kejora tadi.
BUUK.. Bisma jatuh tersungkur,
sesegera mungkin Kejora membantu Bisma untuk berdiri dan berjalan menuju
UKS. Sedangkan Dicky, kini dirinya ditarik masuk ke BK.
“ Anda tau siapa Bisma Karisma?” tanya guru ini menatap tajam wajah Dicky.
“ Gak penting buat gue buat tau siapa dia!” jawab Dicky.
“ ANda bisa sopan sedikit? Saya disini sebagai guru!”
“ Terus? Gue peduli gitu? Penting? Kalau penting ibu
catet aja trus kasih ke saya!” balas Dicky seraya berlalu pergi membuat
guru tadi semakin terbakar emosinya.
***
DI UKS.
“ Lo nggak papa kan, Bis?” tanya Kejora begitu
khawatir. Bisma tersenyum tipis, sesekali Ia mengaduh ketika handuk
basah itu di dekatkan pada luka lebamnya.
“ Udah, Ra! Cukup!” pinta Bisma menjauhkan handuk
basak itu dari pelipisnya. Kejora tersenyum. Setelah ia membereskan
perlengkapannya tadi sesegera mungkin Ia beranjak dari tempat itu,
tetapi tangan Bisma menghalangi jalannya.
“ Perlu bantuan lagi?” tanya Kejora menatap lembut Bisma.
“ Gue pengen elo jadi pacar gue!” ucap Bisma dengan tatapan kosong.
“ Otak lu geser ya?” tanya Kejora yang menganggap ini hanya candaan.
“ Gue serius, Kejora!” ucap bIsma yang kali ini
menatap dalam mata indah Kejora. Kejora menuduk, Ia berusha
menyembunyikan wajah nya yang tengah berseri.
“ Mau kan?” tanya Bisma memastikan. Kejora dengan malunya mengangguk. Mereka pun saling berpandangan kemudian.
***
“ Beneran, Ra? Aaaa.. selamat ya!” ucap Karin ketika Kejora bercerita bahwa dirinya resmi jadian dengan Bisma.
Malam ini Karin memang menginap dirumah Kejora.
“ Hehe.. Elo juga cari pacar dong! Masa iya gue punya
elu enggak? Ntar biar bisa sharing gitu tentang pacar masing-masing!”
pinta Kejora.
“ SEbelum elo jadian, gue juga udah jadian kali!”
ujar Karin memberi senyum penuh kemenangan. Kejora menatapnya bingung.
“ Tiga bulan yang lalu gue resmi jadian sama Ilham!” ungkap Karin, membuat Kejora semakin shock.
“ Ihh, kok enggak cerita sih!” kesal Kejora sembari
melempar bantal kecil kearah Karin. Akhirnya mereka berdua saling
bercerita tentang segala hal termasuk men-gosipi tingkah Dicky yang
berubah drastic tadi. Hingga semuanya terlelap dalam kesunyiam malam.
***
Semua mentaapnya bingung, membuat dirinya ikut
terheran. Di tatapnya dirinya sendiri. Tak ada yang salah pikirnya. CEKLEEK,
pintu kelas XD ini dibukanya. Semua murid menatapnya dengan tatapan
tajam dicampur keheranan. Dicky. Dicky yang kemarin berpenampilan brutal
kini kembali berpenampilan baik kembali. Semua seragamnya terlihat
rapi.
“ Tobat lo?” tanya Ilham setengan berteriak. Dicky
semakin heran, Ia pun segera menduduki bangkunya kembali. Dan menganggap
teriakan ILham hanyalah angin semata.
Lima menit kemudian seorang guru memasuki kelas XD.
Seni Musik. Tak tau mengapa tak ada satu pun murid kelas ini yang
menyukai pelajaran ini tak terkecuali Bisma. Tetapi sepertinya hari ini
Bisma tak masuk.
“ Siapa yang mau mencoba memainkan gitar ini?” ucap guru itu sembari
mengangkat gitar yang dibawanya. Tak ada satu pun siswa yang berminat
semuanya acuh tak acuh.
“ Yah kamu!” ucap guru itu menunjuk Dicky. Dicky
begitu kaget bahwa dirinya yang ditunjuk. Pasalnya tadi Ia tak
mengacungkan jari melainkan menggaruk kepalanya yang sedikit gatal.
Walau begitu Dicky tetap melangkah maju. Tak ada tatapan kekaguman
padanya walau Ia bermain gitar begitu indah, semuanya telah
menganggapnya dengan nilai negative.
Dicky terbatuk ketika sampai di pertengahan lagu,
membuatnya harus menghentikan permainan akustiknya. Tanpa meminta izin
pada guru music itu Ia langsung berlari keluar kelas.
Dicky membersihkan bibirnya yang berwarna merah itu,
dadanya kembali perih. Dicky mencoba menahan sakit. Dicky segera
beranjak dari tempat itu ketika badannya kembali terasa normal.
“ Dickya Prasetya!” panggil seorang guru. Dikcy
menoleh dan mendapati seorang guru mendekatinya. Guru itu tersenyum dan
kemudian menarik halus tangan Dicky.
“ Ng, buk! Ta..tapi saya belum izin sama guru di
kelas!” ucap Dicky pelan ketika Ia duduk di kursi BK. Guru itu
tersenyum.
“ Saya sudah meminta izin untukmu!” balasnya. Dicky mengangguk mengerti.
“ Dicky Prasetya! Kamu orang baik, bukan?” tanya guru
itu menatap lembut Dicky. Dicky bingung dengan pertanyaan guru itu.
“ Hanya orang lain yang bisa menilai tentang diri saya bu!” jawab Dicky halus.
Guru itu yang kini berbalik bingung. Kemana Dicky yang kemarin? Yang kasar dan tak sopan?
***
“ Lu berbuat onar lagi kan, kak?” teriak Dicky
membentak kakaknya itu yang notabennya mereka adalah kembar. Dicky dan
Pras.
Pras menatap Dicky santai, “ Kenapa? Ada yang marahin
elo di sekolah? Bilangin ke gue biar gue hajar!” jawabnya dengan gaya
brutalnya.
“ Benci gue sama lo! Mendingan lo nggak usah jaadi
gue lagi lah! Yang buat ujung-ujungnya gue dikeluarin dari sekolah!”
ucap Dicky berteriak. Mereka hanya berdua dirumah besar dan mewah itu.
Orangtua mereka jarang sekali pulang. Bahkan sampai Dicky yang sudah
divonis sirosis sejak dua tahun yang lalu pun mereka tak mengetahui, dan
alasan itu yang membuat Pras menjadi anak brandal. Ia sangat benci pada
orangtuanya tapi Ia sangat sayang sekali pada adik kembarnya itu.
“ Dick, lo marah sama gue?” Pras mencoba mengetuk
pintu kamar Dicky, “ Buka dong Dick! Gue minta maaf! Janji deh, gue
nggak bakal buat onar lagi apalagi pake nama elo!” teriak Pras.
“ Lo brandal, kan? Dobrak aja tuh pintu!” balas
Dicky. Pras mengerti apa yang dirasakan DIcky jika tengah kasar seperti
ini. Untuk orang lembut seperti Dicky ini jarang sekali marah kecuali
karena hal yag membuatnya begitu benci. Dan Pras mengambil kesimpulan
bahwa DIcky memang benar-benar membencinya.
***
LO makan ya! Sorry gue pergi! Cuman bisa siapin roti aja! Begitulah
tulisan di secarik kertas itu. Dicky menatap rotti-roti itu, ada
tatapan benci disana, Ia enggan untuk memakan makanan pemberian kakaknya
itu. Dan segera mungkin Ia cabut dari rumahnya.
***
“ Kemarin Dicky minta maaf sama aku!” cerita Bisma pada Kejora.
“Oh, ya? Terus kamu maafin?”
“ Iya lah. Tuhan aja bisa, masa iya aku gak maafin?”
jawab Bisma bijak. Membuat Kejora semakin kagum pada sosoknya.
“ Huh! Kalo gue jadi elo nih ya, gak bakal gue maafin itu makhluk!” sela Ilham cepat.
“ Eh curut! Gue nggak lagi cerita same lo ye!” sergah Bisma cepat . Membuat bibir ILham manyun.
“ Dia kan lagi galau, Bis! Karin kan enggak masuk! Jadi mungkin dia iri sama kita!” ucap Kejora menyindir.
Istirahat kali ini, mereka habiskan dikelas. Kelas
memang kosong pada jam istirahat hanya ada mereka bertiga dan… Dicky, ya
ada Dicky! Dicky dan bukan Pras. Sebenarnya sedari tadi Dicky mencoba
menahan sakit di hatinya, ada perasaan yang tak enak di hatinya dan
perasaan itu terbukti ketika ponselnya bordering.
“ …………………………………………………………………………………….. “
BRAAKK. Ponsel itu terjatuh bebas di
lantai, membuat Bisma, Kejora dan Ilham menoleh dan menghampiri Dicky
yang kini matanya memerah dan berarir.
“ Lo kenapa Dick?” tanya Bisma . BUUKK, yah
Dicky pun jatuh tersungkur di lantai, hidungnya kini terlihat ada darah
kental yang mengalir, membuat Bisma, Kejora dan ILham panic. Sesegera
mungkin mereka membawa Dicky ke rumah sakit.
1 Mingguu Kemudiaann..
“ Selamat nak Dicky, mulai hari ini anda terbebas
dari penyakit itu!” ucap seorang DOkter membuat Dicky bingung. Dokter
itu memberinya secarik kertas dan berlalu pergi meninggalkannya.
Hallo adek gue yang manjanya udah akut!! Ini kakak elo!:D
Gimana udah gak sakit kan? Gue tau emang hati
gue itu kotor, tapi walau gitu lo nggak boleh kotor lo tetep harus jadi
adek gue yang bersikap baik! Yah gue pendonor hati buat elo, cuman itu
kenangan yang bisa gue kasih buat elo. Dan semoga sepeninggalan gue, itu
orang tua nyadar kalo mereka itu punya tanggungjawab! Tanggungjawab
buat jagain elo! Udah lah, capek gue nulisnya! Bye, salam sayang!
Dicky Muhammad Prasetya(Pras)
Tes , air mata itu jatuh bebas di kertas putih itu melunturkan tulisan-tulisan Pras yang ditulis sebelum Ia pergi dari dunia ini.
“ Maafin gue, kak! GUe nyeseeel! Sekarang gue
sendiri, gue udah nggak punya siapa-siapa! Gue nggak tau kehidupan gue
selanjutnya gimana! Yang gue tau hidap gue nggak akan teratur!”
“ Gue manja kak! Gue nggak bisa berdiri sendiri! Gue
butuh orang yang bisa buat gue berdiri tegak! Gue butuh elo! “ jeritnya
dalam hati. Di sekanya air mata itu dan mencoba tersenyum saat Bisma,
Ilham, Kejora dan Karin datang menjenguknya.
***
Di pemakaman.
“ Sorry kak, gue baru bisa datang! HEhe!” ucap Dicky mencoba tersenyum disamping makam Pras.
“ Kayaknya harapan lo nggak terkanbul deh! Itu orang
tua aja nggak tau kalau elo udah pergi!” ujar Dicky bergetar.
Dicky pun menghabiskan waktunya di makam itu. Setelah
kejadian itu, DIcky merantau pergi entah kemana, padahal Bisma sudah
menawarinya untuk tinggal bersamanya.
Lima tahun pun berlalu, Dicky kini kembali ke
Jakarta. Dirinya meneruskan kuliah di ibu kota itu.Kini Ia tengah
duduk-duduk di taman kampus. Tetapi tiba-tba saja ada yang menepuk
pundaknya, Ia menoleh dan mendapati ….
“ Dicky?”
“Pras?”
END ~
GAJE AMAT INI (--")
MAAF YA TIDAK SESUAI HARAPAN!:D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar