Jumat, 01 November 2013

TERNYATA (Cerpen) Created By : @Swastikadhitya

   “ Aku bantu ya?” ujar pria tampan ini sembari mengulas senyuman manisnya. Diambilnya buku-buku yang berserakan di lantai, baru saja Ia menabrak seorang gadis dan membuat buku-buku yang dibawa gadis itu jatuh berhamburan.

                “ Makasih ya!” ucap Kejora ketika Bisma mengembalikkan buku-bukunya yang berhamburan tadi.

                “ Ke kelas kan? Mau bareng?” ajak Bisma, sembari mengulur tangan nya.

                Gadis berparas nan ayu ini langsung menerima uluran tangan Bisma, mereka pun saling bergandengan dan berjalan menuju kelas. Tampak seisi  kelas itu menyoraki mereka berdua yang berjalan dengan mesranya ,” Cie cie!” sorak sorai siswa-siswa XD ini bergemuruh.

                “ Cie yang jalan bareng sama Bisma!” sindir Karina ketika sahabatnya, Kejora duduk di sebelahnya, “ Merah amat neng pipinya?” sambung Karin diiringi tawa kecilnya.

                “ Apaan sih!” Kejora menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, Ia benar-benar tak bisa menyembunyikan rasa malu di wajahnya.

                “ Pajak nya ya neng!” dan kali ini tawa Karin benar-benar meledak, Kejora yang sudah kesal pun menjitak kepala Karin dan membuat sahabatnya satu ini meringis kesakitan.

                Beberapa menit kemudian pun, bel sekolah berbunyi semua murid langsung berhamburan menuju bangkunya sendiri-sendiri. Bu Sita melangkah memasuki kelas XD, decakan kagum terlontar ketika guru wanita ini berjalan masuk, bukan karena pesona yang dipancarkan guru ini tetapi seorang lelaki manis yang berjalan mengekor di belakang bu Sita.

                “ Nama saya Dicky Muhammad Prasetya. Biasa dipanggil Dicky, salam kenal!” ucap lelaki itu ketika diminta untuk memperkenalkan diri. Tak ada suara bising, semua wanita benar-benar memandanginya secara detail, tapi kedatangan lelaki ini sedikit membuat sebal untuk para siswa pria lainnya.

                “ Ya sudah, Dicky! Kamu bisa duduk dibelakang sana!” ujar bu SIta sembari menunjuk bangku kosong di deretan terbelakang. Dicky melangkah, wajahnya kalem, bisa dilihat dia benar-benar anak yang baik.

                Pelajaran pun dimulai, Dicky mengambil kacamatanya lalu memakainya, menyimak dan mendengarkan, benar-benar anak yang rajin. Sedangkan wanita-wanita centil itu terus menerus membahas ketampanan seorang Dicky .

                “ Eh, sendirian aja! Mau ikut gue main basket?” Bisma menghampiri Dicky saat bel istirahat berbunyi dan mengajak Dicky untuk ikut bersamanya. Dicky tersenyum tipis lalu menggeleng pelan dan kembali membaca buku nya.

                “ Kenapa?” tanya Bisma, “ Lo nggak mau beradaptasi gitu sama sekolah baru lo?” tebak Bisma saat Dicky tak segera menjawab pertanyaannya.

                “ Nggak sih, cuman males!” ujar Dicky. Tanpa mengucap sepatah kata pun, Bisma langsung pergi meninggalkan Dicky dan berlari menuju lapangan.

                ***

                “ Anak barunya kalem banget ya, Ra?” komentar Karin, ketika dirinya dan Kejora tengah melahap semangkok bakso di pojokan kantin.

                “ Cuman luarnya doang, kan? Hatinya belum tentu!” balas Kejora dengan nada yang dibuat-buat bijak.

                “ Kalau Bisma? Kalem nggak?” kini Karin bertanya dengan nada menggoda, membuat pipi Kejora memerah.

                “ Ish, kok jadi bawa-bawa Bisma, sih?” Kejora memanyunkan bibirnya itu.

                “ Cie.. Lu suka kan sama Bisma?” tanya Karin yang mencoba sedikit serius. Kejora menunduk. Tak lama kemudian Ia mengangguk ragu, membuat sahabatnya itu tersenyum geli.

                ** *

                Bel masuk baru saja berbunyi, perlahan siswa demi siswa telah kembali menduduki bangkunya masing-masing. Dicky yang memang standbay duduk dibangkunya sedari tadi kini tengah memainkan pulpennya. Sedangkan Bisma serta teman-temannya yang kebetulan melewati bangku Dicky, hanya memandang bingung dirinya.

                “ Lo suka menyendiri?” tanya Bisma sembari duduk di bangku sebelah Dicky yang memang kosong. Dicky menoleh seraya mengangkat bahunya.

                “ Cuek banget ya!” komentar Ilham ketika Bisma kembali ke tempat asalnya, duduk di sebelah Ilham.

                “ Spesies langka!” balas Bisma. Mereka berdua tertawa kecil.

                ***
                Tak terasa hari begitu cepat berlalu, kini pagi telah kembali. Matahari pun telah siap untuk menerangi alam ini. Siswa-siswi SMA Trisaa pun mulai berdatangan. Termasuk murid-murid XD yang hamper semuanya telah berdatangan.

                Sepuluh menit sebelum masuk, mereka –siswa kelas XD- dikagetkan akan hal sesuatu. Dicky yang berpenampilan kalem kemarin kini terlihat brutal. Tak ada dasi yang melingkar di lehernya,lengan bajunya dilipat,  kerah bajunya terangkat, dan sabuk pinggangnya pun terlihat tak begitu rapi, walau begitu wajah bersihnya tetap menampakkan paras indah bagi setiap kaum hawa.

                “  Lu mau sekolah atau berantem?” celoteh Ilham dengan nada canda. Namun, Dicky membalasnya dengan tatapan sinis. Why?

                “ Lu masih mau hidup atau perlu gue bikin mati sekarang? Ck!” balas Dicky menatap tajam ILham.

                “ Eh, siapa elo? Mati itu ditangan tuhan!” teriak Bisma membela sahabatnya, Ilham.

                “ Gue tau! Tapi gue juga bisa buat lu cacat!” sahut Dicky lagi. Kemudian kelas terasa hening, semua bergidik ngeri dengan tingkah Dicky. Sungguh berbeda dengan hari kemarin.

                “ Kesambet apa ya?” bisik Karin pada Kejora. Kejora mengangkat bahunya.

                ***

                “ Lo bisa diem nggak sih, Dick?”

                “ Udahlah.. Lo ya elo! Gue ya gue!” Sambungan terputus.

                ***

                BUUKK . Dicky dan Bisma sepertinya tengah terlibat sebuah perkelahian. Tak segan-segan untuk Dicky maupun Bisma saling menghabisi satu sama lain

                “ Berani lo sama gue?” teriak Dicky tepat dihadapan wajah Bisma. Tangannya mencengkram erat kerah seragam Bisma, Bisma tak bisa berkutik sudah sepuluh pukulan lebih Ia terima dari pergelangan tangan Dicky.

                “ DICKY!!” teriak seorang guru BK yang memang dipanggil Kejora tadi.

                BUUK.. Bisma jatuh tersungkur, sesegera mungkin Kejora membantu Bisma untuk berdiri dan berjalan menuju UKS. Sedangkan Dicky, kini dirinya ditarik masuk ke BK.

                “ Anda tau siapa Bisma Karisma?” tanya guru ini menatap tajam wajah Dicky.

                “ Gak penting buat gue buat tau siapa dia!” jawab Dicky.

                “ ANda bisa sopan sedikit? Saya disini sebagai guru!”

                “ Terus? Gue peduli gitu? Penting? Kalau penting ibu catet aja trus kasih ke saya!” balas Dicky seraya berlalu pergi membuat guru tadi semakin terbakar emosinya.

                *** 

                DI UKS.

                “ Lo nggak papa kan, Bis?” tanya Kejora begitu khawatir. Bisma tersenyum tipis, sesekali Ia mengaduh ketika handuk basah itu di dekatkan pada luka lebamnya.

                “ Udah, Ra! Cukup!” pinta Bisma menjauhkan handuk basak itu dari pelipisnya. Kejora tersenyum. Setelah ia membereskan perlengkapannya tadi sesegera mungkin Ia beranjak dari tempat itu, tetapi tangan Bisma menghalangi jalannya.

                “ Perlu bantuan lagi?” tanya Kejora menatap lembut Bisma.

                “ Gue pengen elo jadi pacar gue!” ucap Bisma dengan tatapan kosong.

                “ Otak lu geser ya?” tanya Kejora yang menganggap ini hanya candaan.

                “ Gue serius, Kejora!” ucap bIsma yang kali ini menatap dalam mata indah Kejora. Kejora menuduk, Ia berusha menyembunyikan wajah nya yang tengah berseri.

                “ Mau kan?” tanya Bisma memastikan. Kejora dengan malunya mengangguk. Mereka pun saling berpandangan kemudian.

                ***
                “ Beneran, Ra? Aaaa.. selamat ya!” ucap Karin ketika Kejora bercerita bahwa dirinya resmi jadian dengan Bisma.

                Malam  ini Karin memang menginap dirumah Kejora.

                “ Hehe.. Elo juga cari pacar dong! Masa iya gue punya elu enggak? Ntar biar bisa sharing gitu tentang pacar masing-masing!” pinta Kejora.

                “ SEbelum elo jadian, gue juga udah jadian kali!” ujar Karin memberi senyum penuh kemenangan. Kejora menatapnya bingung.

                “ Tiga bulan yang lalu gue resmi jadian sama Ilham!” ungkap Karin, membuat Kejora semakin shock.

                “ Ihh, kok enggak cerita sih!” kesal Kejora sembari melempar bantal kecil kearah Karin. Akhirnya mereka berdua saling bercerita tentang segala hal termasuk men-gosipi tingkah Dicky yang berubah drastic tadi. Hingga semuanya terlelap dalam kesunyiam malam.

                ***
                Semua mentaapnya bingung, membuat dirinya ikut terheran. Di tatapnya dirinya sendiri. Tak ada yang salah pikirnya. CEKLEEK, pintu kelas XD ini dibukanya. Semua murid menatapnya dengan tatapan tajam dicampur keheranan. Dicky. Dicky yang kemarin berpenampilan brutal kini kembali berpenampilan baik kembali. Semua seragamnya terlihat rapi.

                “ Tobat lo?” tanya Ilham setengan berteriak. Dicky semakin heran, Ia pun segera menduduki bangkunya kembali. Dan menganggap teriakan ILham hanyalah angin semata.

                Lima menit kemudian seorang guru memasuki  kelas XD. Seni Musik. Tak tau mengapa tak ada satu pun murid kelas ini yang menyukai pelajaran ini tak terkecuali Bisma. Tetapi sepertinya hari ini Bisma tak masuk.

“ Siapa yang mau mencoba memainkan gitar ini?” ucap guru itu sembari mengangkat gitar yang dibawanya. Tak ada satu pun siswa yang berminat semuanya acuh tak acuh.

                “ Yah kamu!” ucap guru itu menunjuk Dicky. Dicky begitu kaget bahwa dirinya yang ditunjuk. Pasalnya tadi Ia tak mengacungkan jari melainkan menggaruk kepalanya yang sedikit gatal. Walau begitu Dicky tetap melangkah maju. Tak ada tatapan kekaguman padanya walau Ia bermain gitar begitu indah, semuanya telah menganggapnya dengan nilai negative.

                Dicky terbatuk ketika sampai di pertengahan lagu, membuatnya harus menghentikan permainan akustiknya. Tanpa meminta izin pada guru music itu Ia langsung berlari keluar kelas.

                Dicky membersihkan bibirnya yang berwarna merah itu, dadanya kembali perih. Dicky mencoba menahan sakit. Dicky segera beranjak dari tempat itu ketika badannya kembali terasa normal.

                “ Dickya Prasetya!” panggil seorang guru. Dikcy menoleh dan mendapati seorang guru mendekatinya. Guru itu tersenyum dan kemudian menarik halus tangan Dicky.

                “ Ng, buk! Ta..tapi saya belum izin sama guru di kelas!” ucap Dicky pelan ketika Ia duduk di kursi BK. Guru itu tersenyum.

                “ Saya sudah meminta izin untukmu!” balasnya. Dicky mengangguk mengerti.

                “ Dicky Prasetya! Kamu orang baik, bukan?” tanya guru itu menatap lembut Dicky. Dicky bingung dengan pertanyaan guru itu.

                “ Hanya orang lain yang bisa menilai tentang diri saya bu!” jawab Dicky halus.

                Guru itu yang kini berbalik bingung. Kemana Dicky yang kemarin? Yang kasar dan tak sopan?

                *** 

                “ Lu berbuat onar lagi kan, kak?” teriak Dicky membentak kakaknya itu yang notabennya mereka adalah kembar. Dicky dan Pras.

                Pras menatap Dicky santai, “ Kenapa? Ada yang marahin elo di sekolah? Bilangin ke gue biar gue hajar!” jawabnya dengan gaya brutalnya.

                “ Benci gue sama lo! Mendingan lo nggak usah jaadi gue lagi lah! Yang buat ujung-ujungnya gue dikeluarin dari sekolah!” ucap Dicky berteriak. Mereka hanya berdua dirumah besar dan mewah itu. Orangtua mereka jarang sekali pulang. Bahkan sampai Dicky yang sudah divonis sirosis sejak dua tahun yang lalu pun mereka tak mengetahui, dan alasan itu yang membuat Pras menjadi anak brandal. Ia sangat benci pada orangtuanya tapi Ia sangat sayang sekali pada adik kembarnya itu.

                “ Dick, lo marah sama gue?” Pras mencoba mengetuk pintu kamar Dicky, “ Buka dong Dick! Gue minta maaf! Janji deh, gue nggak bakal buat onar lagi apalagi pake nama elo!” teriak Pras.

                “ Lo brandal, kan? Dobrak aja tuh pintu!” balas Dicky. Pras mengerti apa yang dirasakan DIcky jika tengah kasar seperti ini. Untuk orang lembut seperti Dicky ini jarang sekali marah kecuali karena hal yag membuatnya begitu benci. Dan Pras mengambil kesimpulan bahwa DIcky memang benar-benar membencinya.

                ***

                LO makan ya! Sorry gue pergi! Cuman bisa siapin roti aja! Begitulah tulisan di secarik kertas itu. Dicky menatap rotti-roti itu, ada tatapan benci disana, Ia enggan untuk memakan makanan pemberian kakaknya itu. Dan segera mungkin Ia cabut dari rumahnya.

                ***

                “ Kemarin Dicky minta maaf sama aku!” cerita Bisma pada Kejora.

                “Oh, ya? Terus kamu maafin?”

                “ Iya lah. Tuhan aja bisa, masa iya aku gak maafin?” jawab Bisma bijak. Membuat Kejora semakin kagum pada sosoknya.

                “ Huh! Kalo gue jadi elo nih ya, gak bakal gue maafin itu makhluk!” sela Ilham cepat.

                “ Eh curut! Gue nggak lagi cerita same lo ye!” sergah Bisma cepat . Membuat bibir ILham manyun.

                “ Dia kan lagi galau, Bis! Karin kan enggak masuk! Jadi mungkin dia iri sama kita!” ucap Kejora menyindir.

                Istirahat kali ini, mereka habiskan dikelas. Kelas memang kosong pada jam istirahat hanya ada mereka bertiga dan… Dicky, ya ada Dicky! Dicky dan bukan Pras. Sebenarnya sedari tadi Dicky mencoba menahan sakit di hatinya, ada perasaan yang tak enak di hatinya dan perasaan itu terbukti ketika ponselnya bordering.

                “ …………………………………………………………………………………….. “

                BRAAKK. Ponsel itu terjatuh bebas di lantai, membuat Bisma, Kejora dan Ilham menoleh dan menghampiri Dicky yang kini matanya memerah dan berarir.

                “ Lo kenapa Dick?” tanya Bisma . BUUKK, yah Dicky pun jatuh tersungkur di lantai, hidungnya kini terlihat ada darah kental yang mengalir, membuat Bisma, Kejora dan ILham panic. Sesegera mungkin mereka membawa Dicky ke rumah sakit.

                1 Mingguu Kemudiaann..

                “ Selamat nak Dicky, mulai hari ini anda terbebas dari penyakit itu!” ucap seorang DOkter membuat Dicky bingung. Dokter itu memberinya secarik kertas dan berlalu pergi meninggalkannya.

                Hallo adek gue yang manjanya udah akut!! Ini kakak elo!:D

                Gimana udah gak sakit kan? Gue tau emang hati gue itu kotor, tapi walau gitu lo nggak boleh kotor lo tetep harus jadi adek gue yang bersikap baik! Yah gue pendonor hati buat elo, cuman itu kenangan yang bisa gue kasih buat elo. Dan semoga sepeninggalan gue, itu orang tua nyadar kalo mereka itu punya tanggungjawab! Tanggungjawab buat jagain elo! Udah lah, capek gue nulisnya! Bye, salam sayang!

                Dicky Muhammad Prasetya(Pras)

                Tes , air mata itu jatuh bebas di kertas putih itu melunturkan tulisan-tulisan Pras yang ditulis sebelum Ia pergi dari dunia ini.

                “ Maafin gue, kak! GUe nyeseeel! Sekarang gue sendiri, gue udah nggak punya siapa-siapa! Gue nggak tau kehidupan gue selanjutnya gimana! Yang gue tau hidap gue nggak akan teratur!”

                “ Gue manja kak! Gue nggak bisa berdiri sendiri! Gue butuh orang yang bisa buat gue berdiri tegak! Gue butuh elo! “ jeritnya dalam hati. Di sekanya air mata itu dan mencoba tersenyum saat Bisma, Ilham, Kejora dan Karin datang menjenguknya.

                *** 
                Di pemakaman.

                “ Sorry kak, gue baru bisa datang! HEhe!” ucap Dicky mencoba tersenyum disamping makam Pras.

                “ Kayaknya harapan lo nggak terkanbul deh! Itu orang tua aja nggak tau kalau elo udah pergi!” ujar Dicky bergetar.

                Dicky pun menghabiskan waktunya di makam itu. Setelah kejadian itu, DIcky merantau pergi entah kemana, padahal Bisma sudah menawarinya untuk tinggal bersamanya.

                Lima tahun pun berlalu, Dicky kini kembali ke Jakarta. Dirinya meneruskan kuliah di ibu kota itu.Kini Ia tengah duduk-duduk di taman kampus. Tetapi tiba-tba saja ada yang menepuk pundaknya, Ia menoleh dan mendapati ….

                “ Dicky?”

                “Pras?”

END ~

GAJE AMAT INI (--")
MAAF YA TIDAK SESUAI HARAPAN!:D

let's a get boy !!!

" Hey ! Jalan bareng yuk " ucap seorang cewek , kepada cowok yg berlalu

" Tapi , aku sudah punya pacar maaf ya " ucap lelaki itu dan berlalu

" Kenapa !!!! Kok bisa - bisanya menolak cewek seksi seperti ini " pekiknya tak percaya

Kenalkan nama cewek ini anindya zahra . Panggil aja nindy usianya 17 tahun , masih bocah .. Hari ini ada liburan ke laut yang berlangsung selama 4 hari 3 malan , ini di lakukan bersama anak - anak sekelas

" Eleeennnnn !!!!! Ayo kita sama sama mencari gebetan" ucap cewek ini lagi

" A - aku " ucap cewek yg di panggil elen tadi

" Iyalah siapa lagi " nindy

" Lagian lo baru juga nyampe udah cari gebetan -_- " ucap elen

" Itu sih sudah pasti supaya bisa dapet cowok ganteng " ucap nindy bersemangat

" Kalau gitu kenapa gak nunggu aja sampe ada cowok yang gebet lu " ucap ellen

" Gak bisaaa !!! " Ucap nindy

" Kok gitu " tanya ellen

" Zaman sekarang anak perempuan itu nggak akan dapat apa - apa kalau cuma bisa menunggu " pidato nindy

" Sungkatnya jangan mau cuma disuruh menunggu " nindy

" Kita harus menyerang lebih dulu demi mendapat cowok yang paling hebat , lalu menjalin cinta seperti di komik - komik cewek !! " Lanjutnya panjang bin lebar

" Gak bakal bisa deh " tiba - tiba ada suara gaib yang mengganggu pendengaran nindy

" Suara ini!!!!!!! " Desis nindy dengan tatapan sinis lalu membalikan mukanya dengan gaya slow motion kayak di pilem pilem indosiar -_- ellen hanya cengo + mangap gaje

" DICKY !!! " Pekik thiar

" Nggak mungkin bisa deh lo cari gebetan mana ada cowok yang mau di tangkep cewek kayak lo !! " Ucap cowok yg di panggil dicky !!!

Ya makhluk ini adalah dicky manusia berparas item , dekil , kurus , kering , dan mempunyai rambut coklat ini adalah musuh abaddi nindy cowok menyebalkan ini selalu mencelakai nindy !! Karena itulan setiap hari mereka selalu bertengkar

" Gw gak mau di nasehatin begitu sama orang yg selama 17 tahun belom pernah pacaran kayak elo !! " Ucapnindy dengan muka gahar

" Udah gw bilang lo gak bakal bisa !!!!!! Hahahahahha " Ucap dicky sambil ketawa meremehkan

" Ishh ! Dengan kecantikanku ini gw pasti berhasil !!! Makanya lihat saja nanti ! " Ucap nindy berlalu sambil menyeret ellen yg dari tadi hanya diem -_-

" Baiklah !! Coba buktikan !! Bakal gw lihat ! Bakal gw lihat nanti :p " tereak dicky

-oOo-

"eleen !! Liat 2 orang cowok itu !! Ganteng banget !!! " Ucap nindy saat melihat 2 orang cowok

" Eh nin jangan " ucap ellen panik

" Hey !! Kalian berdua yang disana " ucap nindy menyapa mereka . Mereka berbalik lalu menatap nindy dan ellen datar

" Itu pasti cowok berandal !! Hentikan nindy " ucap ellen mengguncangkan tubuh nindy

" Pssttt!!! Tenang aja !!! " Ucap nindy

" Eh hey .. Kami lagi iseng nih mau main sama - sama ? " Ucap nindy menggoda

Seettt!!! Kedua cowok itu menatap nindy dan elen sinis ... Sedangkan nindy hanya berpose menggoda . ellen ? Lihat saking takutnya dia ia sampe nangis ingusnya pun meler meler ~

" Ihhh takuuuttt nindy " desis ellen masih panik

" Lihat Mereka nengok kesini kayaknya mereka tertarik .."




Kemudiaannn



" Waaa!!!! Kamu manis juga yaaa "

" Siapa namamu ? Beritahu kami dong " ucap ke 2 cowok itu kepada ellen ternyat ia tertarik kepada ellen buka nindyyy -_--

" Kamu manis deh " ucap salah satu cowk itu kepada ellen

" Mungkin mereka orang baik hehehe " cengenges ellen

" Koookkk !! Щ(º̩̩́Дº̩̩̀щ) " Ucap nindy meringis ala patung pancoran -_-

" Gyahahahahhahahahahahha ... " Tiba tiba saja suara tawa dicky menggelegar disana sambil menunjuk - nunjuk dicky

" Eh dick ! Tadi itu masih belum apa apa ya sekarang baru akan di mulai !! " Teriak nindy sewot

" Ternyata emang gak mungkin yah.. Ah saking banyak tertawa air mataku sampe keluar hahahaha " gumam dicky sambil menghapus sedikit air matanya

-oOo-

" Walau sudah kucoba beberapa kali " gumam nindy sambil keluar dari super market dekat pantai

" Tetep aja gagal " lanjutnya

" Sudah ngegebetnya gagal ! Di bodoh bodohi dicky pula " nindy

" Ternyata nyari gebetan itu susah ya , huufftt "

" Karena sebal !!! Aku mau makan banyaaakkkk !!!!! Setelah itu coba lagi buahahahahahha " ucap nindy girang lalu berlari

" Maaf minuman kalengmu jatuh " ucap seseorang di belakang nindy . Nindy berbalik dan

'Kyaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!!! Gantengnyaaa " desis+kaget nindy

" Ini " dengan wajah mempesonanya cowok itu memberikan minuman kaleng itu pada nindy

" Waahh ! Tipe ku banget niihhh " batin nindy yang masih terbengong

" Ehm , kedua tangamu sudah penuh ya ? Biar kumasukan deh " ucap cowok itu , karana memang benar kedua tangan nindy sudah penuh dengan kantong kresek belanjaan

" Ma makasihhh " ucap nindy yg memasang wajah sok imutnya -_-

" Iya " cowok itu pun berlalu

" Ini kesempatan besar " batin nindy

" Hey !!!! " Panggil nindy kepada cowok itu

" Ya ada apa " jawab cowok itu

" Mau jalan jalan denganku " ucap nindy

" Boleh " ucap cowok itu ramah

" Kalo begitu besok ayo kita jalan jalan bareng " lanjut cowok itu

" Yeeesss !!! Makasih ya , oh ya kenalkan aku nindy " ucap nindy mengulurkan tangan

" Bisma " ucap bisma menunjukan gigi besinya itu *eh behel deh -_-

-oOo-

Keesokannya

" Aih hari pertama sudah di suruh belanja !! Sial amat sih -___- " rengek nindy sambil menenteng belanjaanya . Memang tadi guru nindy menyuruh nindy belanja ke pasar dekat pantai , dan itu bersama dicky !

" Nindy ! Jalannya cepat dong !! Nanti makan siangnya bisa telat !!" Teriak dicky di depan sana

" Hehe iya iyaa " nindy pun berjalan sempoyongan seperti jatuh cinta ke arah dicky

" Lu aneh banget kayaknya !!! Hapus tampang menjijikan itu dari mukamu!! " ucap dicky bergidik geli

" Habis ada hal yang menyenangkan sih " girang nindy

" Oh hal menyenangkan apa memangnya ? " Kepo dicky

" Usaha ku mencari gebetan sudah berhasil " dicky tersentak

" Se.. Serius " tanya dicky

" Serius lah ,Kami janjian untuk ketemuan besok . Gimana hebat kan gw :p " bangga nindy sambil menepuk nepuk dadanya

" Haha , ternyata ada juga cowok aneh yang kesambet sama nindy " ucap dicky meremehkan

" Maksud lo " tanya nindy

" Habiss benarkan ? Mana ada yg mau sama nindy !!! Paling - paling dia bukan cowk baik - baik " desis dicky

" Dicky bodoh !!!! Dia pasti cowok baek baek !! Jangan jelek - jelekin cowk pilihan gw dong !!! " Elak nindy

" Gw gak mau denger kalimat itu dari cowok yang gak peka kayak lo !! " Bentak nindy

" Lo juga cewek yang labil kan " bentak dicky tak mau kalah !!

" Bacot lu !enak aja gw labil . Itu tuh karna lo gak pernah punya cewek tau ! Makanya lo gak tau mana cewek labil mana bukan " bentak nindy lagi

" Dasar bego!!!!!!! "

" Bodoh !!!!!"

" Tulalit,!!!!!!!"

" Telmi!!!!!!!"

Akhirnya Mereka bertengkar dijalan kayak orang gila -_- tapi tiba - tiba

BRRRRRUUUUUMMMMMM

" Nindy awaass !! " Teriak dicky lalu menarik nindy agar memeluknya . Menghindari mobil itu

DEG DEG DEG DEG DEG DEG

" Pundakku.... lenganku ... Bagaimana ini " batin nindy

" Bahaya sekali !! Jangan nyetir mobil ngebut di tempat sempit gini dong " teriak dicky gaje kepada mobil itu. Sambil masih memeluk nindy padahal mobilnya udah jauh -_-

" Bruuuk " tiba - tiba saja nindi melepas pelukan dicky

" Eh eh maaaf " ucap dicky sedikit tersentak

" i iya gapapa " ucap nindy dengan pipi merahnya kayak jengkelin -_-

Hening

" Ayo kita pulang " ucap nindy tiba tiba

" Eh ayookk !!! "

" Hahahahahahahahahahahahahaha " kedua orang ini hanya tertawa datar untuk mencairkan suasana -_-

" Huuh, bikin kaget aja. , ternyata dicky itu memang seorang cowok ya , padahal selama ini aku berpikir kalo dia itu cuma orang bodoh yang menyebalkan " batin nindy

" Tapi ternyata tenaganya kuat juga .. Gw jadi deg degan >/////< " lanjutnya

" Tunggu dulu !! Kalau aku deg degan sama yuki berarti aku pasti bakal lebih deg degan sama bisma ("˘▽˘)∫ƪ " ucap nindy ngomong gaje .. Dicky hanya melihatnya dengan tatapan sinis ¬.¬

" Jadi gak sabar nunggu besok " lanjutnya

-oOo-


" Nindy !!! Kita mulai yah " ucap bisma sambil memegang bola air .. Ya nindy dan bisa sudah ada di pantai

" Iyaaa ^^ ayo mulai ". Ucap nindi bersemangat

" Akhirnya aku mendapatkan gebetan sekeren ini !!!! Udah baik ramah tulus lagi ! " Batin nidy sambil menatap bisma dengan senyum 3 jari :3

" Bisma juga nbukan cowok gak baik baik seperti yang dikatakan dicky " lanjutnya

Nindy dan bisma pun menghabikan waktu seharian berdua mulai dari mencari kerang , permainan menjatuhkan kay , berenang , buat istana pasir. Makan dan minum di cafe hanya mereka berdua

" Hey !! Masih punya waktu ? " Tanya bisma tiba - tiba

" Ya kenapa emang. " Jawab nindy

" Ayo kita pergi sampai ke karang paus untuk melihat matahari terbenam " ucap bisma

" Matahari terbenam ? Romantis banget " ucap nindy

" Iya , indah banget loh disana " ucap bisma lagi

" Aku mau .. " Ucap nindy bersemangat

" Oke " balas bisma , nindy pun melihat ke arah pantai , GLEK !

" Dicky!!!! Lagi di gebet ??? " Bati nindy tak percaya



*Di sana ....



" Dicky !!! Main sama kita kita yuk " ucap cewek dengan genitnya menarik narik tangan dicky

" Eh , eh aku gak bisa " elak dicky

" Ahh , ayolah dicky. Kamu imut mai sama kita laaahh " ucap eman cewek itu




*Kembali ke nindy



" Loh nindy kenapa ? " Tanya bisma

" Ah gapapa kok bis " dusta nindy

" Di sekitar sini kok rasanya gak enak ya ? " Batin nindy memegang dadanya

" Ah nin ayo pergi kalau gak cepat cepat nanti mataharinya keburu terbenam loh " ucap bisma sambil menarik nindy

" Eeh , iyaa " ucap nindy

" Kira kira , dicky bakal terima gak ya ajakan cewek itu (⌣́_⌣̀) " batin nindy sambil menatap dicky dan cewek cewek itu

Sesampainya bisma dan nindy di karang ikan paus nindy hanya melamun aja entah apa yang di pikirkannya , bisma hanya menatapnya heran

"Nindy , kenapa bengong" ucap bisma membuyarkan lamunan nindy

" Hah ? Enggak kok " nindy

" Hey lihat mataharinya terbenam" ucap bisma menunjuk kedepan , ke arah matahari tebenam

'" Keren kan " ucap bisma lagi tapi dihirau kan nindy yg masih melamun

" Gw kenapa sih ? Dari tadi mikirin dicky mulu ! " Batin nindy

" Nindy ... " Panggil bisma pelan lalu merangkul nindy dan mendekatkan wajahnya

" Tu .. Tunggu dulu kamu mau apa ? " Tanya nindy sambil menahan bisma agar tidak lebih dekat lagi

" Aku mau apa ? Kamu suka aku kan ? Makanya kamu menggebet aku ? " Ucap bisma sambil menidurkan nindy di lantai

" Jadi gak papa dong , kita kan sama sama mau gituan , iya kan ? " ucap bisma tersenyum evil lalu berusaha meniban nindy

" Orang seperti ini ??? Tidaaakk !!! " Batin nindy ingin berteriak , tapi rasanya seperti terkunci mulutnya

-oOo-

" Aku pulang " ucap dicky memasuki rumah untuk tempat tinggil nya sementara bersama murid2 yang lain

" Dicky lama amat , oh ya ngomong - ngomong nindy mana " tanya ellen

" Ha nindy belum bailk juga ? Gw kira kalian bareng " ucap dicky panik .. Tiba - tiba saja terlintas ucapan nindy tadi pagi

" Kami akan janjian untuk ketemu nanti loh " kira kira begitulah yang diucapkan nindy

" Gw bakal cari nindy !!! " Ucap dicky dan segera berlari menuju pantai

" Nindyyy !!!!!! " Teriak dicky di pinggir pantai

" Ninddyyyyy !!!!! " Teriaknya lagi

" Kyaaaaaaaaaa!! " Tiba tiba terdengar jeritan seseorang cewek

" Suara itu ?? Nindy ! " Ucap dicky saat tiba 2 nindy udah ada di hadapannya sambil bersimpuh di pasir * kayak jin aja * -_-

" Nindy kau tidak apa apa ? " Tanya dicky dan langsung berhambur memeluk nindy

" Apa dia menghawatirkan ku " batin nindy

" Jangan - jangan terladi sesuatu !!! " Ucap dicky melepas pelukanya lalu menatap nindy

" Enggak kok " ucap nindy yang tertunduk

" Tapi lo terluka ! Jeritan tadi juga " ucap dicky

" GLEK !! Itu " ucap nindy mengingat kejadian tadi , ternyata tadi saat bisma ingin menibannya nindi langsung menendang sesuatu milik bisma !

" Setelah itu gw tersandung waktu kabur hehe " ucap nindy cengengesan

" Oh jadi begitu " ucap dicky beroh ria

" Syukurlah " lanjut dicky

" Bersyukur katanya " batin nindy menatap dicky

" Ayo pulang semuanya pasti sudah kawathir " ucap dicky sambil jongkok membelakangi nindy

" Ta tapi " nindy

" Lo terluka ! Jadi gak usah malu malu " ucap dicky lalu membuang mukanya ke depan *pungut muka dicky , kantongin , bawa pulang -_-*

" Makasih " ucap nindy menaiki punggung dicky

" Bagaimana ini ? Dicky pasti akan mendengar bunyi debaran ini " batin nindy

" Nindy " panggil dicky tiba - tiba

" I iya " jawab nindy

" Sudah kapok ngegebet cowok -_- " tanya dicky

" Dicky juga di gebet cewek kan gw lihat loh " tanya nindy mengalihkan pembicaraan

" Oh itu ya ?? Ih cewek2 itu serem bgt mereka mau bagi gw jadi 2 kayaknya -_- " ucap dicky malas

" Oh begitu toh " ucap nindy

" Sekarang gw ngerti ! Rasa sakit di dalam dada sewektu dicky digoda sama cewek lain dan juga deg degan ku ini itu karena aku ~" batin nindy


-oOo-


" Rambut oke "

" Baju oke "

" Make up oke "

" Pas semuanya " nindy pun mengambil langkah seribu menuju pantai

Sesampainya

" Dicky !! " Panggil nindy saat dicky sedang bermain di pantai bersama teman 2nya

"" Apa apan lo semangat amat , jangan jangan mau ngegebet lagi ya ? " Tanya dicky saat melihat penampilan nindy

" Iyaaa :3 " ucap nindy

" Hah !! Bukannya udah kapok ?(̾˘̶̀̾̾ ̯˘̶́̾ ̾̾̾'̾̾)̾ " Kaget dicky

" Gw mau dicky " ucap nindy menunjuk dicky

" Gu gue ? " tanya dicky menunjuk hidunya

" Padahal kejadiannya baru saja terjadi gw sendiri juga merasa kalau gw ini cewek yang labil " nindy

" Tapi gw sadar kalo gw mau gebet dicky ! Karna gw suka dicky ! Gw mau ngelakiunnya sama dicky " lanjutnya

" Cie dicky !!!! " Ucap kedua teman dicky reza dan ilham sambil mengguncang2kan tubuh dicky

" Akhirnya nindy berpaling padamu " ucap ilham

" Terbalaskan nih ye cintanya " lanjut reza

" Jangan ngomong bego !! " Ucap dicky menampar ke 2 temannya tu -_-

" Berarti ??? " Gumam dicky

" Enggghh. Itu yaaa " dicky

" Cie dia malu malu " sahut reza

" Indahnya masa muda ("˘▽˘)∫ƪ " ilham pun berkicau

" Engh , aku mencintaimu sajak lama nindy " ucap dicky malu malu meoonggg

" Jadi ..." Nindy

" Aaaaaa!! Dicky aku juga menyukaimu .." Ucap nindi memeluk dicky

" Cieeeeeeee "


End -___- gaje kan ? Emang ! Saya cuma menyalurkan apa yg ada di otak saya , terima kasih !!

Thiar

"I GOT A BOY!" (Dicky version)

"Please, ya. Jangan beritahu siapa-siapa?" Lelaki berambut ikal dengan warna kecokelatan ini berbisik pada teman sekelasnya sambil mengendap-endap menuju pintu kelas.

Dicky Muhammad Prasetya menghembuskan napasnya, setelah berhasil keluar dari kelas Matematika. Lelaki itu beranjak memakai topi 'WOLES' dan berjalan santai, menelusuri lorong sekolahan yang sepi. Tentu saja, karena ini masih jam pelajaran.

Darahnya berdesir ketika suara ketukan yang ditimbulkan oleh sepatu mulai terdengar dari balik tembok. Dicky menyelinap masuk ke toilet wanita yang memang letaknya tak jauh dari tempat yang ia pijaki semula.

"Hiks .. Kenapa mereka jahat denganku?" suara parau yang terdengar dari bilik toilet diujung membuat bulu kuduk Dicky meremang.

Suara seorang wanita. Dan.. Rasa ingin tahu Dicky meninggi. Ia tidak bisa jika harus diam dan tidak tahu, well, ia memutuskan untuk menguping.

"Kenapa aku tidak boleh menjadi Ketua Team, huh? Kemampuanku dalam passing sangat hebat! Apa mereka pura-pura tidak tahu?" gerutu sang pemilik suara lagi.

Dicky memincingkan mata, sepertinya ia tahu betul dengan sang pemilik suara. Tapi..

"Hei! Siapa kau?" bentakan itu membuat Dicky terlonjak kaget.

'Ah, bodohnya diriku' umpat Dicky dalam hati, merutuki kebodohannya.

Seorang gadis cantik dengan pipi apel itu muncul dari bilik pintu toilet ujung, "Kau.."

"Ah, bukankah kau itu Abas(anak basket) perempuan?" sela Dicky cepat.

"Ya, aku memang seorang abas wanita, tapi dulu." jawab gadis itu sambil mengusap jejak air matanya.

Dicky mengangguk mengerti atas penjelasan dari gadis yang ada di hadapannya. Kemudian ia duduk bersila disamping gadis tersebut sambil menjabat tangannya dan tersenyum ramah.

"Aku Dicky. Kau?"

Gadis itu membenahi rambutnya dan tersenyum kemudian membalas jabatan tangan Dicky, "Panggil aku Lala,"

"Lala?" ulang Dicky.

Lala mengangguk sambil tersenyum manis. Dicky sempat terpengarah beberapa detik saat melihat lengkungan yang tercetak pada bibir ranum gadis di hadapannya. Cantik.


*****


Termenung! Inilah yang tengah dilakukan gadis bermata bulat sempurna ini sejak tadi. Tangan kirinya tampak bertopang diatas meja seraya menampakkan ekspresi kalut pada satu titik pandangannya.

"Hai, Lala Poo."

Hampir saja tubuh mungil itu terjungkal kebelakang jika belakangnya tidak ada tembok. Alhasil, Lala meringis kesakitan akibat kepala belakangnya terbentur cukup keras oleh tembok terkutuk.

"Kau lagi? Aish.." pekik Lala tertahan sambil mengusap kepala belakangnya.

Dicky tersenyum polos dan membuat Lala semakin jengkel dengan tingkahnya, "Kau tidak makan?"

"Tidak, aku puasa."

"Ah, benarkah?" tanya Dicky menahan senyumnya, namun tak bisa. Alhasil ia merunduk.

"Eh, kau kenapa?" tanya balik Lala heran.

"Tidak apa-apa, kok." jawab Dicky tersenyum malu.

Seketika hening!

Lala memperhatikan wajah Dicky dengan seksama dan membuat Dicky salah tingkah. Ketika Dicky akan mengajukan protesnya, para pengganggu itu datang.

"Woah! Ada yang sedang pacaran, ternyata."

Dicky mengusap wajahnya dengan kasar. Perkenalkan, mereka adalah Bisma, Reza, dan Ilham. Para pengganggu. Mereka bertiga adalah teman sekelas Dicky.

"Maksudnya, apa?" Lala menggebrak meja kantin yang ia sanggahi.

Bisma, Reza, dan Ilham bergidik karena tatapan Lala yang begitu horor pada mereka. Lagi-lagi, Dicky menahan senyumnya, namun ia berusaha menahannya dengan memasang wajah polos.

"Ka-kalian..., siapa?" tanya Dicky ketakutan, berbanding balik dengan hatinya yang tertawa kencang.

"Eh, kau-"

"Hei, jangan ganggu dia! Kalian juga, jangan sok kenal." potong Lala menatap ketiga pria dihadapannya dengan sorot tajam.

"Ah, eh.. Dick, kau benar-benar tega pada kami! Kau kan teman kami, Dick." ujar Bisma sembari memasang wajah memelas dan puppy eyes pada Dicky.

"Dick, kamu kenal?" tanya Lala memincing tajam pada Dicky yang tengah gelagapan atas pertanyaannya.

"Eh? A-anu.. Ti-tidak. Ya, aku tidak mengenal mereka," jawab Dicky meyakinkan.

"Cah.. Kalian bisa dengarkan? Dicky bilang, dia tidak mengenali kalian. Lebih baik kalian pergi. Sana!" Dengan ekspresi datarnya, Lala berhasil membuat ketiga pria itu pergi menjauh dengan raut wajah masam.

"Hihihihii.. Siapa suruh mereka menjahiliku?" gumam Dicky pelan.

Lala melirik Dicky kemudian memasang ekspresi yang sulit diartikan, "Sungguh, kau tidak mengenali mereka?"

"Tidak, aku benar-benar tidak mengenali mereka. Ciyus!" Dicky mengangkat dua jarinya ke udara sambil memasang wajah polos.

"Oh." jawab Lala acuh.


*****

"Say it with flower." kata Sovira sambil mengunyah permen karetnya santai.

"Bunga? Eih, bagaimana bisa? Memangnya bunga bisa berbicara? Tentu tidak, Sop!" jawab Dicky jengah.

Sovira mendelik horor pada Dicky, kemudian sebuah pukulan mendarat ke kening Dicky dengan keras. "Kau itu bodoh, atau apa? Setiap bunga, itu mempunyai arti tersendiri. Dan... Hei! Jangan sebut aku 'Sop', aku bukan jenis makanan."

"Oke. Maaf," ujar Dicky. "Jadi, bunga apa yang tepat untuknya?"

"Hummm... Bagaimana jika anyelir pink? Anyelir itu melambangkan cinta yang tulus." jawab Sovira.

"Ah, memangnya di Indonesia ada bunga macam itu?" tanya Dicky kesal.

"Ada."

"Oke, pesankan aku bunga itu," kata Dicky meringis lebar.

"Kau pikir aku kurir bunga, huh?" bentak Sovira kesal, kemudian melemparkan bungkus permen karetnya pada Dicky.

"Hehehe. Ya, maaf. Kau kan temanku yang paling baik dan selalu mengerti aku.." rayu Dicky sambil mengeluarkan jurus puppy eyes-nya.

"Tsk! Kedipan matamu membuatku mual." Sovira pun beranjak memasang headset dan mengayuh fixie merahnya.

Dicky bersorak bahagia kemudian ia buru-buru menyalakan mesin motor matic-nya dan berlalu menuju rumahnya. Dengan hati yang berbunga-bunga.


*****

Kupinta dirimu agar selalu mengenangku.
Bunga anyelir melambangkan perasaanku padamu, sang kekasih hati.
-Dicky Yang Paling Tampan-


Lala tertawa terbahak-bahak seusai membaca surat dari Dicky bersama rangkaian bunga anyelir pink yang dibawakan Sovira ini. Sungguh, kali ini, Lala ingin menjedotkan dahinya ke tembok juga. Kata-kata itu bukannya membuat Lala tersipu, namun malah terlihat aneh. Bagi Lala, ini konyol.

"Tawamu horor, Nona." kata Sovira pelan. "Selesai, bukan? Aku pamit. Ppai!"

"Eish, tunggu," cegah Lala menarik lengan Sovira.

"Aduh, ada apa lagi, sih?"

"Ah, mmm.. Dimana dia?" tanya Lala berusaha menahan senyumnya.

"Dimana, ya?" goda Sovira jahil.

"Aish, aku serius, Sop!" hentak Lala ketus.

Sovira menatap Lala dengan wajah pucat kemudian telunjuknya mengarah pada perpustakaan, "Lagi bertapa. Dah!"

Sovira berlari menuju kelasnya. Lala menghembuskan napas berat sebelum melangkahkan kakinya menuju perpustakaan dengan bucket anyelir pink ditangannya.

Bell istirahat telah selesai, namun masih banyak siswa-siswi berhamburan keluar kelas karena ada Class Meeting.

Lala melepas sepatu cats-nya dan meletakkannya pada rak sepatu. Kemudian ia melangkah mendekati siswa penjaga perpustakaan untuk menulis nama dan kelas. Hal itu dilakukan agar pihak perpustakaan maupun sekolah tahu, siapa saja murid yang sering mengunjungi perpustakaan.

Dehaman tidak jelas mulai mengusik pendengaran Lala. Itu disebabkan karna bunga yang dibawanya.

"Dick.."

Dicky mendongak dengan mata terpejam. "What's up?"

"Hei, ini.. Aku." lirih Lala menarik-narik anak rambut Dicky kesal.

"Eumh.." Dicky menggeliat pelan, kemudian menerjapkan matanya dan membenarkan blazer-nya.

"Kamu tidur?" tanya Lala mendelik tak percaya.

"Iya, La. Aku masih mengantuk, kemarin malam aku frustasi karna memikirkan reaksi kamu." jelas Dicky setengah sadar.

"A-aku?" Wajah Lala memerah padam.

Dicky terdiam seketika! Apa yang ia katakan tadi? La? Lala, dong?

"Astaghfirullah!" pekik Dicky terlonjak kaget.

Seluruh pasang mata pun menatap Dicky dengan pandangan tidak suka. Dicky tersenyum masam menanggapinya.

"Ka-kau.. Ada apa?" tanya Dicky setelah keadaan kembali normal.

"Apa maksudmu ini?" tanya balik Lala sambil menunjukkan bucket anyelir-nya.

"Ya..., itu." jawab Dicky polos, kemudian menggaruk kulit rambutnya.

"Aku tahu lambang bunga anyelir, tapi apa maksud tujuanmu?"

"Ya, itu. Masa, kau tidak mengerti juga?" tanya Dicky.

Lala menghela napasnya, mencoba bersabar, "Aku tahu, dan aku mengerti!"

"TAPI, AKU INGIN KAU MENGATAKANNYA PADAKU. SEKARANG!" pekik Lala tertahan dengan penekanan disetiap kalimatnya.

"Eh?" Dicky salah tingkah.

Hening! Tidak ada suara lagi. Angin berhembus kencang dari arah jendela samping mereka. Dicky merinding. Bukan! Bukan karna hawa di perpustakaan, namun karna tatapan tajam yang dimiliki Lala berhasil menghunus jantungnya.

"Lala, would you be my favourite Girl?" Lala melongo! Ia tak percaya jika dengan suara lantang walaupun lirih, Dicky dapat berkata seperti itu.

CUP!

Lala mendelik. Benda kenyal dan basah itu menempel pada bibirnya. Sungguh! Anyone, adakah yang ingin membunuhku sekarang? Teriaknya dalam hati. Darah mereka berdesir, degub jantung mereka terdengar jelas. Apakah ini yang dinamakan cinta?

"Ehem!"

"Uhuk.. Uhukk.."

"Astaghfirullah.. Ya Allah."

Lala mendorong bahu Dicky dengan keras, kemudian merunduk dalam. Wajahnya sudah memerah padam.

Bisma, Reza, dan Ilham yang bersembunyi.. Eh. Tidak. Mengintip tepatnya. Ketiga pria itu mengintip dari balik rak-rak buku berdekatan dengan tempat Dicky dan Lala berkencan. Eh?

"Mmm-maaf." sahut Dicky gugup.

"Tidak apa-apa, kok." jawab Lala pelan.

"Tapi, La...? Jawabanmu?"

Lala beranjak berdiri kemudian membalikkan tubuhnya, memunggungi Dicky yang terheran menatapnya. Gadis itu tampak mengeluarkan seluruh ekspresi bahagianya, kemudian ia kembali memasang wajah datar dan membalik tubuhnya menghadap Dicky.

"Aku.. Mau,"

i heart you laahhhh

Copy right © kumpulan storycerpen smash




"Hay thiaarr....." Sapa dicky. Sedangkan cewek yang di sapanya hanya meliriknya sekilas lalu kembali fokus kepada buku di hadapannya
"Ishh.. Thiar sombong amat sih" goda dicky kembali , cewek itu kembali mengengok dengan mukanya yang ga bisa di bedain mana singa mana macan (?) Lohh
BYURRR !!
"Siaall !!"


Hahay , itu dia sekilas perjalanan seorang dicky muhammad prasetya dalam menemukan semangkuk cinta (?) ... Sebenernya sih doi ga jelek-jelek amat, malah dia bisa di bilang masuk ke dalam kategori cowok yang beuuhhh ... Tengsin deh kalo ga diincer buat jadi cowok.. Anehnya walau pun mukannya ga jelek - jelek amat kayak yang gue bilang tadi mukanya 11-12 lah sama taylor lautner . Cuma badannya kek pemain ovj yang kurus itu loh -___- .. Wkwk oke!! Kembali ke cerita !! .. Walaupun doi cakep , setiap cewek yang dia deketi pasti nolak doi terus .. Heuhh mirzzz pake z yaa :(


-oOo-

“Gue kudu beli pelet nih,” Ucap Dicky, sambil menyeruput es tehnya.

“Pelet? Pelet apa? Ikan mas?” Tanya Reza.

“Sialan loe! Ya kagak lah, tapi…” Dicky menghentikan kalimatnya. Sederet cewek cantik melintas dihadapannya sambil melambai ala Miss Universe yang gagal babak penyisihan (?)

“Hay, Dicky…” Mereka menyapa Dicky kompak.

“Hay…” Dicky membalas dengan tampang cengonya.

Sembilan cewek itu berjajar rapi menanti pesanan baksonya dibuatin sama si empunya kantin.

Mereka CHARIBELEKH , girlband sekolah yang namanya udah kondang sampe ke sekolah tetangga dengan single perdana mereka yang judulnya “Dilempar”. Denger-denger, mereka kasih nama itu karena terobsesi sama salah satu girlband yang lagi naik daon kayak ulet cacingan ngejar pucuk daon (?). Dicky sendiri sih, belum pernah denger lagu Dilempar itu kayak apa katanya sih tu lagu juga lagi ngetreen papoy aja kalah ngetreen.

"Dicky" suara cewek dari belakang pun mengaggetkan dicky yang lagi makan itu

"Hiyy!! Paan tuh!! Serem amat" gidik dicky sambil tengok kanan kiri , siapa tau lalu lintas padat (?) Loh -_-

"Dicky!!! Ishh!!" Dicky pun menengok kebelakang dengan gerakan slow motion yang kayak di tivi - tivi ono noh

"KYYAA !!!! JURRRIIIIIKKKK!!!!!!!!"

"Issh dicky!! Ini aku ellsy" ucap wanita yang ternyata bernama ellsy ono menekuk nekuk wajahnya menjadi perahu kertas (?)-_-

"Yaowwoh ell !! Muka lo serem banget tadi !! Gue kira tadi setan hahahaha" ujar dicky lalu tertawa , di sela-sela cabe merah nyelip di giginya ..

"Hahahahahhahaha ,, btw ada ape ke sini ell?"

"Dicky galupa kan kalo lusa kita mau kemah di puncak" tanya ellsy lalu tersipu . Padahal dicky tuh ga muji dia !!! Atau suka sama dia -__-

"Iya gue inget, kenapa emang?"

"Dicky juga ga lupa kan kalo kita di kasih tugas buat meneliti daon?" Ellsy

"Iye , gue inget" kata dicky yg sudah mulai bosan liat muka ellsy itu

"Dicky juga ga lupa kan kalo kita sekelompok"

"Hmm kalo itu gue rada inget ell .. Hehe udah kan ell?? Sekarang gue mau makan dulu yaa " ellsy menangguk

"Yaudah deh , dadah dicky , dadah bisma , dadah jaee" ucap ellsy lalu melambaikan tangan sambil tersenyum lebar , saking lebarnya stadion gbk aja kalah ..

"Dadah ellsy" bisma megedipkan matanya

"Isshh , amit amit gue mah sama ellsy" ujar dicky di sela-sela makannya

"Lah, harusnya lo seneng ky! Masih ada cewek yang ngejar-ngejar lo" reza

"Ya tapi ga gitu juga kali .. Lo liat aja noh gayanya .. Isshhh kulitnya , boleh lah mulus tapi kaca mata nya itu loh !! Gede banget kek bola bekel" dicky

"Yeehh !! Bole bekel mah kecil begoo !!!! " Ucap bisma menoyor kepala dicky , memang ellsy tuh style nya gabanget .. Liat aja rambutnya yang di kepang 2 .. Tingginya 160cm .. Tinggi banget kan ?? Kek tiang -___- .... Kacamatanya yang parkir terus dimatanya .. Itulah yg bikin ellsy di panggil .. Tukiemm .. Entah kenapa ._. Denger denger ye .. Dari timur ke barat , selatan ke utara si ellsy itu udah 2 tahun lebih 3 bulan ngejar - ngejar si dicky .. Sampe si ellsy ngos-ngosan ..

Dicky mengendus-endus kesal (?) "Yehh , pokoknya gue ilfiel dah!!"

-oOo-

Jeng!! Jeng !! Jeng !! Jeng !!! Ceritanya sekolahan dicky ngadain kemah nih !! Ke puncak !! Di acara ini pas banget bagi kaum kaum remaja untuk menyatakan cintanya , nagih utang yang kalo di sekolah kepergok mele , buat PDKT , buat manggil setan juga bisa kok !!! . Kalo dicky sendiri sih sebenernya muales banget , ya karna dia jadi sekelompok sama si neneng ono ..

"Dik !! Buruan elah !! Lemo banget lo kek otak lo" reza

"Ishh iye sabar kek lo gatau ! Berat nehhh!! " Cerocos dicky sambil merutuki tasnya sendiri .. Oh hell , haruskah dicky membawa tas yang gedenya naujubilah ini ? -_-

Seseorang menepuk bahu dicky "Hay dicky" sapanya

"Eh ell, hay juga"

"Mau aku bantu ?? Kayaknya kamu lagi kesusahan" ellsy tersenyum . Dicky langsung melepaskan tasnya dan memberinya kepada ellsy

"Wah!! Mau nih bawa tas aku ,, hehe aku duluan ya ell" ujar dicky lalu meninggalkan ellsy sendiriian sambil berusaha membawa 2 tas besar

"Ell lo kenapa , butetttt itu tas siapa?? Sini gue bantu" ujar bisma sambil merebut tas dicky

"Eh eh !! Jangan!! Biar aku aja bis .. Lagian itu tas dicky kok hehe" cengenges ellsy

"Udah!! Biar gue aja , lo cewek" bisma pun merebut tas dicky lalu menyeretya asal

"Dasar dicky!! Seganas-ganasnya gue sama cewek ga sampe gini juga kali" batinnya

-oOo-

Malam kian larut . Acara api unggu sukses membuat semua siswa kelelahan , pleus dinginnya udara puncak seakan menggoda mata untuk merajut bulu mata (?)

“Za, bangun dong…” Dicky mengguncang-guncangkan tubuh Reza.

“Apa sih, Dick?” Reza menggeliat sebentar.

“Gue pengen pipis, temenin, yuk…”

“Gue ngantuk ah…”

“Ish… loe jangan gitu dong, Za. Hayu ah!”

“Bisma aja, noh.” Mata Reza masih terpejam.

“Bisma kan ditenda paling ujung, sama aja boong.”

“Setengah jam lagi.”

“Buset! Keburu ngompol gue!”

“Udah ah, ngantuk, Chy!”



Setelah menimbang-nimbang dengan menggunakan kancing bajunya antara keluar apa nggak, akhirnya Dicky keluar sendiri (keluarnya doang yang sendiri, nggak tau deh kalo nanti gimana – Author). Tengok kanan, tengok kiri, kali-kali aja lalu lintas lagi padat (?). Aman…



Ia berjingkat melewati tenda demi tenda yang berjajar rapi dan menuju pohon yang terletak agak jauh. Tap, bukannya agak jauh, dia malah kejauhan sampe-sampe nggak tau mana timur, barat, selatan, ataupun utara. Perasaan Dicky tiba-tiba merasa tidak nyaman, ia seperti diikuti oleh seseorang, entah siapa. Ia menoleh.

“Aaaaaaaaaaah!!!” Dicky menjerit kencang.

“Hush! Ini ellsy.”

“Ellsy?” Dicky menelisik tiap sisi lekuk beluk teluk bekuk ellsy, kali-kali aja, itu kuntilanak yang nyaru jadi ellsy.

“Ngapain lo disini? Loe ngikutin gue, yah? Hayo, jangan-jangan lo ngintip!”

“Ngintip? Ye, aku nyasar!” Ucapnya, setengah berbisik.

Dicky memandang sekitarnya dengan perasaan campur aduk , dia mikir sebentar. Eh lupa dicky ga bisa mikir -_-

“Mampus! Gue juga nyasar!” Dicky menepuk jidat ellsy(?)



Tiba-tiba, petir menyambar bersahut-sahutan disusul dengan turunnya hujan demikian deras.

“Kita kegubuk yang disana! Ayo!” Ellsy menarik tangan Dicky menuju sebuah gubuk yang sunyi.

“Buset… gelap bener, ell.” Kata Dicky. Bilangnya sih, gelap, tapi tetep aja dia duduk di atas dipan kayu yang ada.

“Gelap tau…” Mata Dicky menyapu seluruh sisi ruangan yang remang itu.



“Tau nggak, apa yang biasanya dilakuin sama cewek dan cowok yang lagi berduaan ditempat gelap kayak gini?” Ellsy duduk disampingnya.

Dicky mendelik, “Maksud loe? Istighfar, ell! Kita tuh bukan muhrim!”

“Eh?” Ellsy tampak bingung dengan ucapan Dicky.

“Denger ya, ellsy, biarpun gue suka bolos, suka ngerjain guru, tapi gini-gini juga, gue tuh muslim yang taat tau!”



“Asal loe tau aja, itu tuh namanya zina! Dan balasannya itu, neraka jahannam, ell!”

“Apaan sih, Dick?”

“Bahkan, nyentuh loe seujung jaripun, gue nggak mau!”

“Ih… kamu tuh ngawur banget. Maksud aku tuh, nyalain lilin.” Ellsy mengacungkan sebuah lilin berukuran besar berwarna merah.

“Buset?! Gue kira apaan.” Dicky menggaruk kepalanya yang yang tidak gatal.

“Lilin ini, aku comot dari kuil waktu tahun lalu keluarga aku liburan ke Hongkong. Bagus, kan?!”



“Yang namanya lilin, tetep aja lilin! Mencair.”

“Meleleh, Dicky. Bukan mencair. Lilin itu meleleh.” Jawab ellsy dengan kalemnya.

“Sama aja, ah.”

‘Dicky punya korek?”

“Nggak. Eh, tapi kita bisa nyalain pake kayu!” Dicky bergegas mengambil 2 batang kayu dan mulai menggesek-gesekkannya.



2 jam kemudian…



“Bisa nggak sih, Dick? Udah 2 jam, tau!” Neneng mengusap-usap lehernya yang dicipok basah nyamuk.

“Sabar napa sih, ell. Lagi usaha nih.”

“Emang yakin caranya kayak gitu?” Ellsy mulai meragu.

“Ehm… kalo nggak salah, kita butuh cahaya matahari buat bisa jadi api.” Jiaaah, gubrak!

“Astaga… ini kan malem, Ky! Sampe botak sariawan juga nggak bakalan nyala!”

“Gue lupa.” Ia meletakkan kayu-kayu itu begitu saja.

“Enteng amat loe bilang lupa.”



“Ellsy, ell Dicky!” Terdengar suara yang menyerukan nama mereka.

“Itu suara Reza sama Bisma!”

Brak! Reza dan Bisma mendobrak pintu gubuk itu dan mendapati kedua orang itu berjongkok menghadapi sebuah lilin dan tumpukan kayu seperti makhluk Pithecanthropus Erectus yang baru saja mendapat mukjizat (?) *Apasih? Ngawur!*

“Bisma!” Ellsy menghambur kedalam pelukan Bisma. Bisma pun membalasnya dan mengusap usap rambut ellsy

“Ih… ellsy! Lepasin! Lepasin, cepetan!” Dicky menarik tubuh Neneng .

“Kenapa sih, Chy? Loe cemburu?!” Tanya Bisma.

“Bukan! Kan tadinya gue duluan yang mau meluk loe! Mamang…” Kali ini gantian Dicky yang meluk Bisma. Mana pake acara tangis-tangisan segala lagi, kayak acara di tipi-tipi itu. Yang kata nyari orang yang udah lama kagak ketemu. Padahal, belum ada 3 jam kok mereka ilang. Tapi, karena emang pada dasarnya Bisma masih normal, dia langsung aja dorong tubuh Dicky.

“Hayo ke tenda sebelum ada guru yang tau. Kalo guru tau, bisa manggil tim SAR, mereka!”



-oOo-


Udah 4 hari setelah pulang dari kemah, si ellsy nggak masuk sekolah. Dicky gelisah, berkali-kali dia noleh ke belakang, tempat duduk dimana ellsy parkir (?)

“Ellsy nggak sekolah lagi,” Gumamnya.

“Loe ngomong apa?” Tanya Reza.

“Nggak kok, lupain aja.”

“Ellsy sakit. Kalo loe kangen sama dia, jujur aja. Semua anak-anak juga ngakuin kok, kalo mereka kangen sama ellsy si tukiem ono.”

“Sakit apa?”

“Gue kurang tau. Mungkin parah.”

“Parah? Masa, sih?”

“Loe nggak percaya? Samperin aja kerumahnya.”

“Nggak ah. Ngapain juga. Lagian, siapa ellsy buat gue?”

Dicky menepis semua perasaannya. Ellsy kan, bukan siapa-siapa gue! Salah siapa dong ?? Emak gue ?? Bapak gue ?? Tante gue ?? Kaka gue ?? Barang gue ? Sepatu gue ? Baju gue ? Kakek gue ? Nenek gue ?? -__-



***



7 hari. Genap seminggu ellsy nggak masuk sekolah. Tak ayal, diam-diam Dicky khawatir juga. Akhirnya, setelah melewati pergulatan panjang, dan kembali menghitung kancing baju sekolahnya, dan pada akhirnya keputusannya jatuh pada kata ‘jenguk’, mau nggak mau, Dicky kudu jenguk ellsy juga.



Tok. Tok. Tok. Begitulah bunyi pintu yang diketuk Dicky.

“Salamelikum… ellsy…” Dicky mengintip dari kaca jendela. Sepi. Ia kembali mencoba.

“Salamelikum… ell?!” Kali ini lebih keras.

"Dih!!!"

"WOY!!! SEMLIKUM!!! ADA TAMU NEH!!!"

Ceklek. Seorang perempuan sekitar 30 tahunan yang ditaksirnya adalah Mama ellsy tersenyum.

“Temennya ellsy, yah?” Tanyanya.

“Iya, ellsy ada?”

“Ehm… ellsynya udah pergi, dek.”

“Pergi? Kemana?”

“Ke Bandara, setengah jam tadi perginya.”

Deg. Bandara? Neneng mau pergi? Kemana? Tapi kenapa? Apa ellsy mau berobat soal penyakitnya yang Reza bilang parah itu? Terus, dia bakal balik lagi nggak? Pertanyaan itu menari-nari diatas kepala Dicky. Ia segera pamitan dan melajukan motornya menuju Bandara.



***



Bandara.



Sampai disana, Dicky segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Reza.

“Halo?” Sapa Dicky.

“Iya, apa, Dick?”

“Ellsy, Za. Ellsy…”

“Kenapa sama ellsy?”

“Ellsy mau pergi, Za. Dia mau pergi!” Dicky terengah-engah. Airmata mulai menggenangi pelupuk matanya.

“Pergi? Kemana?”

“Gue nggak tau. Tapi yang jelas, dari Bandara. Dia naik pesawat, Za. Itu berarti jauh, kan, Za?” Nada suara Dicky terdengar sangat ketakutan.

“Naik pesawat? Ellsy pergi naik pesawat? Apa dia mau pindah sekolah?”

“Loe jangan nakutin gue gitu, dong, Za.”

“Ya udah, gue nyusul loe yah!”

Klik. Reza mematikan telfonnya begitu saja. Dicky masih berdiri ditengah-tengah Bandara yang ramai. Perasaannya kian takut. Jangan pergi, ell!! Please!



Lalu lalang disekitarnya membuatnya semakin kalut. Terlebih, saat ia melihat sebuah pesawat lepas landas. Dicky histeris, ia berlari menuju kaca besar dimana ia bisa melihat pesawat itu.

“ELLSY !!!!!! Hu hu hu hu” Teriaknya.

“Ellsy… jangan pergi. Hiks hiks” Ia menangis.

“Dicky?” Ia seperti mendengar suara ellsy. Itu cuma khayalan gue!

“Ellsy… jangan pergi… heu heu heu…”

“Dicky, ini ellsy!”

Dicky tertegun, “Eh?” ia menoleh dan segera menghapus airmatanya saat sadar bahwa ellsy berdiri dibelakangnya.

"Ellsy? Kok ada disini?”

“Lho? Dicky ngapain disini?”

“Kok, ellsy nggak naik pesawat?”

“Pesawat? Ngapain juga aku naik pesawat?”

“Ellsy nggak mau pergi?”

“Pergi kemana?”

“Eh?”

“Apa sih? Dicky nggak jelas gitu, deh!”

“Ellsy !” Dicky memeluk tubuh ellsy yang imut kek marmut tapi tinggi bet kek tiang itu dengan erat.

“Emh… Ky, aku nggak bisa nafas. Uhuk uhuk.”

“Eh, maaf, ell.” Ia melepaskan pelukannya.lalu menggaruk kepalanya yang gatal karna kutu + ketombeh itu *lahh-_-

“Kamu ngapain ke Bandara?” Tanya Dicky.

“Tuh, nganterin Om yang mau pulang ke Kalimantan.”

“Terus kenapa nggak sekolah?” Dicky cemberut.

“Haduh… aku kan kena cacar air, Dicky.”

“Cacar air? Katanya penyakit parah?”

“Penyakit parah? Kata siapa?”

“Reza.”

“Reza? Nggak kok, aku cuma cacar aja.”

“Sialan!!! Awas si Reza nanti!” Gerutunya.

“Dicky ngapain disini?”Ellsy

“Ha? Ehm… ngapain, yah?”Dicky kembali menggaruk kepalanya

“Terus tadi, kenapa peluk aku?”

“Ehm… anu…”

“Dicky suka sama ellsy?”

“Eh?”

“Dicky kesini buat cegah eku biar nggak pergi, ka?n udah ngaku ajaaa ..?”

“Apa sih, pede banget!”

“Oh… bukan yah? Yaudah.” Ellsy melangkah mendahului Dicky.


.


“I heart you, ell.” Ucap Dicky. Langkah kaki ellsy berhenti, ia menoleh.

“Apa?”

“Gue bilang i heart you!” Dicky berkata lebih keras, membuat orang-orang disekelilingnya menoleh.

“I heart you?”

“Iya, gue mau loe jadi pacar gue!”

“Aih?”

“Gue rela dikeroyok seluruh rakyat Bandung yang tercatat sensus tahun ini, asal loe mau jadi cewek gue!*”

"Gue juga rela kalo kegantengan gue ini di tuker sama taylor lautner .. Kan kata author gue mirip sama dia"

Ellsy terdiam. Ia tidak menjawab apapun. Ia tersipu malu. Ellsy tidak menjawab pernyataan Dicky. Tidak perlu ada kalimat yang terucap dari mulutnya. Sebuah anggukan kecil dari ellsy sudah cukup menjawab semuanya.

Dicky tersenyum lebar . Lalu berlari menghampiri ellsy . Dan memeluknya erat!! Lalu diangkat dia dan muter-muter sampe si ellsy kelempar *eh . Laluu dicky merengkuh pinggang ellsy , medekatkan wajahnya , lalu memonyong-monyongkan bibirnya yg seksi dicky itu dan

Plummm....

"WOY !! Bangun !!!!" Suara seseorang menggelegar di telinga

"Akhhh!! Gue kenapa?? Dimana ini" Dicky

"Ah alay lo !! "Reza

"Tadi lo kepeleset pas disirem air sama thiar" bisma

"Jadi tadi itu ........" Gumam dicky

.....


"Hay dicky.."

"Ellsy!!!??"


END !!! Wolaaa !! Gaje ya ?? -__- garing ?? Maapin -_-tadinya mau buat cerpen sad ending . Tapi belom selesai .. Dikitttt lagi